Nilai tukar rupiah dibuka menguat 47 poin ke level Rp 14.295 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Rupiah menguat seiring sinyal positif dari perang Rusia dan Ukraina yang tampaknya mulai mereda.
Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan penguatan ke Rp 14.293 pada pukul 10.00 WIB. Mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi. Dolar Taiwan menguat 0,15%, won Korea Selatan 0,52%, peso Filipina 0,18%, rupee India 0,46% dan ringgit Malaysia 0,02%. Sementara yen Jepang melemah 0,21% bersama yuan Cina 0,05% serta dolar Singapura dan bath Thailand yang kompak terkoreksi 0,07%, sedangkan dolar Hong Kong stagnan.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan, rupiah berpotensi menguat ke kisaran Rp 14.300 per dolar AS, dengan potensi resistance di kisaran Rp 14.380 per dolar AS. Rupiah menguat seiring ketegangan di Ukraina yang tampaknya sedikit mereda.
"Sentimen pasar terhadap aset berisiko kembali positif pagi ini. Presiden Ukraina mengatakan tidak lagi mendesak keanggotaan NATO yang menjadi salah satu alasan Putin menginvasi Ukraina," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Kamis (10/3).
Presiden Ukraina mengatakan, terbuka untuk 'berkompromi' terkait status dua wilayah di timur Ukraina, Donetsk dan Luhansk. Dua wilayah ini menjadi magnet konflik Rusia-Ukraina yang melibatkan dua negara barat, terutama setelah Kremlin mengakui kedaulatan dua wilayah tersebut.
Harga minyak mentah dunia juga anlok. Harga minyak berjangka Brent turun US$ 16,84, atau 13,2%, menjadi US$111,14 per barel pada perdagangan kemarin (9/3), penurunan satu hari terbesar sejak 21 April 2020. Sementara harga minyak berjangka AS berakhir turun US$ 15,44, atau 12,5%, pada US$ 108,70, penurunan harian terbesar sejak November.
Selain terpengaruhi sinyal meredanya konflik di Ukraina, penurunan harga minyak kemarin juga terpengaruh langkah Uni Emirat Arab (UEA) menyatakan akan memompa lebih banyak minyak ke pasar.
Selain dari eksternal, Ariston melihat, sentimen positif juga datang dari dalam negeri seiring langkah pemerintah melonggarkan pembatasan aktivitas ekonomi dan bersiap masuk ke fase endemi. Pemerintah sebelumnya telah menghapus kewajiban tes PCR dan antigen untuk perjalanan domestik.
Meski demikian, kenaikan indeks dolar AS bisa menjadi sentimen penekan ke rupiah. Penguatan dolar ini bisa disebabkan oleh rencana kenaikan suku bunga acuan AS yang akan diumumkan minggu depan.
"Situasi perang mendorong kenaikan inflasi global dan juga di AS yang bisa memaksa The Fed menaikan suku bunga acuannya," kata Ariston.
Analis DC Futures Lukman Leong memperkirakan rupiah akan stabil dengan kecenderungan menguat ke rentang Rp 14.300-14.400 per dolar AS. Ini didorong oleh kembalinya sentimen risk-on dan risk-appetite.
"Sentimen terhadap pergerakan rupiah hari ini masih dari eksternal, terutama perang di Ukraina yang menyebabkan penurunan tajam pada bursa dan penguatan dolar AS sebagai safe haven dinilai telah eksesif," kata Lukman kepada Katadata.co.id