Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut kemungkinan untuk kembali memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global sebagai konsekuensi dari dampak perang Rusia dan Ukraina. Lembaga ini memastikan pertumbuhan ekonomi global tahun ini akan melambat dibandingkan tahun lalu.
“Kami berpikir bahwa kami akan menurunkan proyeksi pertumbuhan kami sebagai akibat dari krisis, tetapi kami masih berharap dunia berada di wilayah pertumbuhan positif,” kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dikutip dari CNBC Internasional, Jumat (11/3).
Komentarnya itu muncul sehari setelah IMF menyetujui dana bantuan kepada Ukraina sebesar US$ 1,4 miliar atau Rp 20 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.300/US$. Uang itu akan digunakan untuk mendukung kegiatan utama pemerintah Ukraina, seperti membayar gaji dan pensiun.
Dalam prospek Januari, IMF memproyeksikan pertumbuhan global sebesar 4,4% pada 2022, moderasi dari 5,9% yang dialami pada 2021. Proyeksi untuk tahun ini sebetulnya sudah dipangkas dari perkiraan sebelumnya bisa tumbuh 4,9%. Tetapi masih belum jelas seberapa besar pemangkasan yang akan dilakukan oleh IMF untuk kali ini.
Dia mengatakan, efek limpahan dari invasi, termasuk kenaikan harga komoditas, dapat menyebabkan masalah bagi ekonomi dunia dan menghambat pertumbuhan, “Jelas, berapa lama perang ini berlangsung adalah faktor ketidakpastian utama yang kita hadapi,” kata Georgieva.
Harga komoditas telah melonjak dalam beberapa pekan terakhir di tengah kekhawatiran bahwa dampak dari perang akan memperketat pasokan global. Minyak mentah Brent telah melonjak sejak invasi pada 24 Februari, meskipun harga minyak telah jatuh dalam beberapa sesi terakhir. Harga logam termasuk paladium dan nikel juga melonjak. Ukraina dan Rusia juga merupakan dua pengekspor pertanian terbesar di dunia, yang juga memicu kekhawatiran tentang harga pangan.
Inflasi sudah pada tingkat yang tinggi, dan Georgieva mengatakan peningkatan tekanan harga yang berasal dari perang dapat membebani lebih lanjut pada pendapatan riil dan akan mengurangi permintaan konsumen. Penurunan kepercayaan bisnis juga akan menjadi perhatian serius.
Dia mengatakan, ekonomi Rusia "pasti" akan masuk ke dalam resesi, tetapi belum bisa dipastikan apakah negara-negara tetangganya di Eropa dan Rusia juga akan mengalami hal yang sama. IMF khawatir pengetatan kondisi ekonomi dapat menambah beban bagi negara-negara yang sebelumnya sudah kesultan dan pulih lebih lambat dari pandemi. "Itu mungkin berarti menjadi beberapa pemicu ketakutan resesi," kata Georgieva.
Analisis terbaru dari JP Morgan menyebut perang Rusia dan Ukraina akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan meningkatkan inflasi karena gangguan pasokan energi Rusia. Rusia menyumbang lebih dari 10% dari produksi minyak dan gas alam global. Pembatasan pasokan energi Rusia setelah invasi ke Ukraina dapat menghasilkan kontraksi tajam ekspor minyak mentahnya ke Eropa dan AS sebesar 4,3 juta barrel per hari.
"Dengan asumsi hambatan mereda seluruhnya pada paruh pertama tahun 2022, itu akan mengurangi 3% dari PDB global dan menambahkan 4% ke indeks harga konsumen global (CPI)," tulis JP Morgan dalam risetnya, Rabu (9/3).
Tim ekonomi global JP Morgan telah memangkas pertumbuhan global sebesar 0,8% dan telah menambahkan 0,9% ke inflasi pada tahun 2022. Inflasi tahunan diperkirakan tetap di atas 6% pada paruh pertama tahun 2022.