Waspadai Dampak Buruk Perang Rusia, Kemenkeu Siapkan Penyangga APBN
Pemerintah terus mengkaji dampak dari perang Rusia dan Ukraina terhadap ekonomi domestik khususnya dari sisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kementerian Keuangan menyatakan, sudah menyiapkan buffer atau penyangga jika perang berdampak negatif terhadap keuangan negara.
Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional Kementerian Keuangan Wempi Saputra mengatakan, perang menyebabkan harga minyak melonjak sehingga berdampak pada APBN. Namun, kenaikan harga ini bukan hanya akan mendorong pembengkakan belanja subsidi, tetapi berkontribusi positif pada kenaikan pendapatan, karena itu pihaknya terus melakukan perhitungan.
"Kami tidak tahu volatilitasnya akan sampai dimana, tapi pemerintah sudah bersiap. Buffer-nya sudah disiapkan sejak sekarang, bagaimana cara mengatasi kalau nanti offset-nya negatif dan cara menutupinya," kata Wempi dalam webinar MNC Group Investor Forum 2022, Kamis (17/3).
Meski demikian, dia tidak menjelaskan lebih perinci bagaimana hasil perhitungan dari Kemenkeu terkait dampak kenaikan harga minyak ini terhadap APBN, apakah defisit atau justru surplus.
Wempi mengatakan, pihaknya telah memiliki strategi jika perang Rusia dan Ukranika bedampak positif ke APBN. Windfall ini diharapkan dapat bermanfaat terutama untuk membantu keuangan negara merespon risiko dinamika yang lebih berat di masa mendatang.
Dalam keterangan terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan bahwa dampak dari perang yang mengerek lonjakan harga ini akan memperbesar defisit APBN. Meski begitu, pelebaran defisit ini masih akan di bawah target APBN tahun ini 4,8%.
Di sisi lain, Wempi menjelaskan dampak dari perang ini terhadap ekonomi domestik akan terlihat melalui dua jalur. Pertama, ke pasar modal, terutama di pasar saham dan obligasi. Namun, kinerja pasar saham sejak 25 Februari-11 Februari masih terpantau menguat.
Ia mengatakan, dampak di pasar modal ini akan mempengaruhi neraca pembayaran dan ujung-ujungnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena gangguan di pasar modal bukan hanya berasal dari perang Rusia-Ukraina, tetapi pada saat yang sama juga terjadi pengetatan moneter The Fed.
Kedua, dampaknya melalui jalur perdagangan. Volume perdagangan berpotensi turun, sedangkaninflasi global akan naik. Kenaikan harga-harga ini berpotensi ditransmisikan ke inflasi domestik dan ikut berpengaruh ke konsumsi.
"Terkait harga pangan, koordinasi dengan Kemendag, kemenperin sudah dilakukan kalibrasi terhadap kebutuhan domestik, tentunya akan ada shock yang kami perkirakan paling tidak dalam 3-4 bulan ke depan," kata Wempi.
Selain itu, pemerintah juga sudah berkoordinasi untuk mencari alternatif suplain barang jika pengiriman dari Rusia dan Ukraina terhambat. Ini termasuk untuk memenuhi kebutuhan pangan mengingat Indonesia juga mengimpor cukup banyak gandum dari Ukraina.