Dana Moneter Internasional (IMF) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi 5,4% dari proyeksi Januari sebesar 5,6%. Meski demikian, ramalan pertumbuhan ekonomi tahun ini lebih tinggi jika dibandingkan tahun lalu sebesar 3,7%.
"Prospek membaik, tetapi keseimbangan risiko tetap miring ke bawah dengan meningkatnya risiko terkait dengan kondisi keuangan global yang lebih ketat dan penyebaran varian Omicron," demikian tertulis dalam Article IV yang diterbitkan IMF pada Rabu (23/3).
IMF memperkirakan, konsumsi domestik diperkirakan semakin kuat pada tahun ini. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh 4,9% dari 2% pada tahun lalu. Konsumsi pemerintah juga masih akan tinggi yakni 4,7% dan investasi tumbuh 5,2%. Sementara net ekspor diperkirakan tumbuh melambat jadi 0,9% dari 1% tahun lalu.
Lembaga ini juga menilai, penyebaran varian omicron di dalam negeri akan menahan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama ini. Namun, IMF melihat efeknya hanya akan dalam jangka pendek. Pemulihan akan berlanjut pada kuartal kedua seiring pelonggaran pembatasan mobilitas secara bertahap, dukungan kebijakan yang berlaku, dan pasar komoditas global yang menguntungkan.
IMF memperkirakan situasi pandemi akan membaik sepanjang tahun ini seiring dengan target vaksinasi yang diperkirakan mencapai 77% dari populasi pada pertengahan tahun. Kondisi ini diyakini meningkatkan kepercayaan bisnis dan konsumen. Dengan perbaikan yang berlanjut di tahun ini, pertumbuhan ekonomi tahun depan diperkirakan semakin kuat menjadi 6%.
Menurut IMF, kondisi keuangan global yang lebih ketat juga menjadi risiko negatif lainnya terhadap prospek pertumbuhan ekonomian Indonesia. Pengetatan kondisi keuangan global ini seiring inflasi global yang lebih tinggi dari perkiraan dan mendorong bank sentral untuk mengendalikan kebijakan moneter lebih awal dari yang diharapkan.
"Reposisi yang dilakukan oleh pelaku pasar dapat menyebabkan premi risiko yang lebih tinggi untuk kredit, ekuitas, dan mata uang pasar negara berkembang," kata IMF.
Di sisi lain, IMF menilai Indonesia masih akan meraup berkah dari kenaikan harga komoditas global. Investasi berpeluang terangkat oleh profitabilitas yang lebih tinggi terutama di sektor-sektor terkait komoditas. Selain itu, pemulihan juga didukung oleh moderasi pada kendala penyaluran kredit perbankan.
IMF menyebut, pemulihan yang semakin kuat akan mengurangi kelesuan ekonomi atau economic slack hingga dua pertiga. Kesenjangan output juga akan berkurang dari 4,9% dari PDB pada 2020 menjadi 1,9% pada tahun 2023. Sementara itu, inflasi diperkirakan akan naik ke 3,5% pada tahun ini.
Lembaga ini juga memberikan catatan tambahan terkait prospek pertumbuhan Indonesia ke depan di tengah risiko perubahan iklim. Indonesia dinilai sebagai salah satu negara yang paling rentan terhadap bahaya alam terkait perubahan iklim, sehingga bisa menyebabkan lebih banyak gangguan ekonomi dan tekanan di sisi fiskal.