Kemenkeu Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 5% Meski Ada Omicron
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2022 bisa berkisar 5% meski terdampak pandemi Covid-19 varian Omicron pada awal tahun ini. Namun, kenaikan harga komoditas berpotensi mengganjal kinerja ekonomi pada kuartal II mendatang.
Pemulihan yang makin kuat ini tercermin dari sejumlah indikator yang secara konsisten menunjukan adanya pemulihan daya beli masyarakat. Keyakinan konsumen masih berada di level optimis serta indeks penjualan retail untuk Februari yang tumbuh 14,5%.
"Kita optimis meskipun tahun 2022 kita diawali Omicron pada Januari dan Februari, namun sekarang kita lihat sangat baik perkembangannya, kita masih melihat pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2022 masih cukup kuat di sekitar 5%," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu dalam Konferensi Pers APBN KiTA edisi Maret, Senin (28/3).
Dari sisi investasi, konsumsi semen pada Februari tumbuh 2,7% secara tahunan, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 10,1%. Selain itu, penjualan mobil niaga juga tumbuh 31,5% pada bulan lalu.
Pertumbuhan penjualan alat berat juga melonjak 146,5% untuk periode Januari. Peningkatan pada penjualan alat berat ini disertai impor barang modal yang tumbuh dua digit sehingga memberi sinyal menguatnya PMTB (investasi) di sektor mesin dan peralatan lainnya. Begitu juga konsumsi listrik untuk industri juga tumbuh 14,1%.
Febrio mengatakan pemulihan dari berbagai sektor usaha juga semakin terlihat. Optimisme ini tercermin dari setoran pajak dari sejumlah sektor seperti perdagangan dan manufaktur yang juga tumbuh.
Setoran pajak dari industri pengolahan tumbuh 37,3% secara tahunan pada dua bulan pertama tahun ini, jauh di atas pertumbuhan periode yang sama 2021 dengan pertumbuhan 3,3%. Setoran dari sektor perdagangan yang tumbuh 50,1% juga jauh di atas realisasi 2021 yang terkontraksi 5,1%.
Meski begitu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mewanti-wanti ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada periode April-Juni. "Pada kuartal kedua mungkin kita harus betul-betul melihat momentumnya, guncangan harga komoditas sangat tinggi," ujarnya dalam acara yang sama.
Meski demikian, ia berharap adanya momentum Ramadhan dan hari raya bisa mengimbangi risiko tersebut. Mobilitas yang semakin longgar menuju Ramadhan dan hari raya diharap bisa mendongkrak konsumsi masyarakat. Namun Sri Mulyani juga mengingatkan agar risiko lonjakan kasus Covid-19 harus tetap dijaga supaya kegiatan perekonomian tetap meningkat.