Rupiah Melemah Rp 14.387/US$ Terimbas Rencana Demonstrasi Mahasiswa

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU
Ilustrasi. Rupiah pagi ini melemah bersama mayoritas mata uang Asia.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
11/4/2022, 09.44 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 25 poin ke level Rp 14.387 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pelemahan rupiah ini dipengaruhi kekhawatiran pasar terhadap stabilitas politik dalam negeri akibat rencana adanya demo hari ini.

Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik menguat ke Rp 14.375 pada pukul 09.15 WIB, tetapi masih melemah dibandingkan penutupan akhir pekan lalu di Rp 14.362 per dolar AS.

Mayoritas mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS pagi ini. Depresiasi terdalam dialami won Korea Selatan sebesar 0,60%, disusul peso Filipina 0,53%, dolar Taiwan 0,52%, yen Jepang 0,50%, dolar Singapura 0,13%, ringgit Malaysia 0,13%, bath Thailand 0,12%, yuan Cina 0,11% dan dolar Hong Kong 0,01%. Sebaliknya, rupee India satu-satunya yang menguat yakni 0,07%.

Analis pasar uang Ariston Tjendra mengatakan pergerakan rupiah salah satunya akan dipengaruhi pada rencana demo di dalam negeri hari ini. Rupiah diramal bisa melemah ke kisaran Rp 14.380, dengan potensi penguatan di kisaran Rp 14.340 per dolar AS.

"Isu demo mahasiswa hari ini bakal menjadi perhatian pasar. Demo damai, sentimen positif untuk rupiah dan sebaliknya," kata Ariston, Senin (11/4).

Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia berencana menggelar demo  di depan Gedung DPR/MPR. Demo diperkirakan akan dihadiri sekitar 1.000 mahasiswa. Demo hari ini akan menyampaikan enam tuntutan, salah satunya meminta Presiden Joko Widodo untuk bersikap tegas menolak wacana penundaan pemilu. Usulan lainnya termasuk tuntutan untuk mengkaji ulang UU Ibu Kota Negara, menstabilkan kenaikan harga bahan pokok, masalah minyak goreng hingga terkait permasalahan agraria.

Di samping sentimen dalam negeri tersebut, rupiah juga akan dipengaruhi sentimen eksternal, terutama kekhawtairan pasar terhadap dampak dari perang yang mengerek kenaikan harga komoditas yang tentu akan ikut berdampak ke dalam negeri. Kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi karena invasi Rusia masih menjadi penekan Rupiah. 

"Karena kenaikan inflasi yang tinggi bisa menahan masyarakat untuk melakukan pembelian, menurunkan tingkat konsumsi sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi tertekan," kata Ariston.

Dalam pemantauan pekan pertama, Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi di bulan April bisa mencapai 0,68% secara bulanan atau 3,2% secara tahunan. Jika tidak meleset, ini lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan sebelumnya 2,64% secara tahunan.

Lebih lanjut, ekspektasi kebijakan pengetatan moneter AS yang agresif tahun ini juga memberikan tekanan untuk rupiah. Ekspektasi ini tercermin dari Yield obligasi pemerintah AS terus meninggi, terus menciptakan level tertinggi baru tahun ini. Untuk tenor 10 tahun sudah di 2,7% , yang merupakan level tertingginya sejak awal Maret 2019.

"Ekspektasi tersebut bisa mendorong penguatan dollar AS terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah," kata Ariston.

Analis Bank Mandiri Rully A Wisnubroto memperkirakan rupiah akan tertekan hari ini di rentang Rp 14.338- Rp 14.387 per dolar AS. Pelemahan rupiah terutama dipengaruhi penantian rilis data inflasi Amerika besok.

"Inflasi AS diperkirakan akan kembali naik, yang menyebabkan spekulasi The Fed lebih agresif melakukan pengetatan moneter," kata Rully kepada Katadata.

Senada dengan Ariston, sentimen domestik akan dipengaruhi oleh rencana demo hari ini. Demo ini memunculkan kekhawatiran pasar terhadap stabilitas politik.

Reporter: Abdul Azis Said