Kemenkeu: Pemulihan Ekonomi Jadi Faktor Utama Pemicu Kenaikan Harga

ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/wsj.
Ilustrasi. Inflasi pada Maret tercatat sebesar 2,64% secara tahunan, naik dibandingkan bulan sebelumnya 2,06%.
Penulis: Agustiyanti
14/4/2022, 15.12 WIB

Kementerian Keuangan menyebut kenaikan harga komoditas global yang banyak dipengaruhi oleh perang di Ukraina belum banyak mempengaruhi inflasi di dalam negeri. Kenaikan inflasi pada Maret lalu terutama disebabkan adanya kenaikan permintaan seiring pemulihan ekonomi.

"Dampak dari kenaikan harga (komoditas) sudah mulai terlihat, tetapi memang belum terlalu tinggi. Tidak setinggi yang dirasakan beberapa negara lainnya," kata Analis Kebijakan Ahli Pertama Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Johan Z. Kasim dalam diskusi virtual, Kamis (14/4).

Inflasi pada bulan lalu tercatat sebesar 2,64% secara tahunan, naik dibandingkan bulan sebelumnya 2,06%. Capaian ini menurut Johan masih stabil jika dibandingkan beberapa negara, seperti Amerikake 8,5% juga India sebesar 6,95% pada periode Maret 2022.

Kenaikan inflasi memang sudah mulai terlihat, tetapi penyebabnya lebih banyak dipengaruhi karena pemulihan konsumsi masyarakat. Beberapa jenis kelompok pengeluaran yang sempat tertahan pada saat gelombang Omicron kini mencatat kenaikan inflasi. Hal ini mengindikasikan permintaan meningkat seiring mobilitas yang longgar serta optimisme masyarakat yang meningkat.

"Tapi tidak menutup kemungkinan memang faktor bahwa tekanan harga khususnya di energi sudah mulai masuk seperti terlihat harga transportasi yang meningkat sejak beberapa bulan terakhir," kata Johan.

Sekalipun ada tanda-tanda kenaikan inflasi, Johan masih optimistis inflasi masih akan berada di sasaran target tidak melampaui 4%. Adanya perubahan kebijakan seperti kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11% pun menurutnya memiliki pengaruh yang relatif kecil ke inflasi. 

Di samping itu, pemerintah juga memiliki berbagai instrumen yang siap untuk menjaga daya beli masyarakat sekalipun harga-harga naik. Ini salah satunya dengan pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) minyak goreng yang disalurkan ke lebih dari 23 juta penerima. Bantuan ini bukan hanya diberikan kepada keluarga miskin, tetapi juga diberikan kepada jutaan warung dan pedagang kaki lima (PKL) makanan. BLT minyak goreng ini mulai dicairkan bulan ini dengan besaran Rp 300 ribu per penerima. 

Bank Indonesia (BI) sebelumnya juga memperkirakan kenaikan inflasi pada tahun ini tidak akan melampaui batas atas target 4% meski harga pangan dan energi kini tengah melonjak. Realisasi inflasi hingga Maret juga masih terkendali berkat sejumlah faktor, termasuk andil pemerintah menjaga dari sisi pasokan. 

"Dari asesmen secara keseluruhan, kami masih confident inflasi masih bisa terjaga di sasaran yaitu 2%-4%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan II tahun 2022, Rabu (13/4).

Hingga laporan Maret 2022, inflasi secara tahunan tercatat sebesar 2,64% masih di batas bawah target bank sentral 2%-4%. Kondisi tersebut, menurutnya, tidak lepas dari peran pemerintah dalam menjaga ketersediaan pasokan bahan pangan.

Namun, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat inflasi akan kembali naik pada bulan ini melampaui 3% secara YOY. Kenaikan inflasi dipengaruhi beberapa faktor yang terjadi bersamaan seperti kenaikan PPN dan Pertamax, di samping karena adanya periode musiman menjelang lebaran.

Hingga saat ini ia, melihat inflasi keseluruhan tahun kemungkinan masih di batas atas target bank sentral mendekati 4%. "Tapi kita tidak tahu semester dua akan seperti apa karena kemungkinan kenaikan pertalite dan lain-lain, kalau misalkan itu naik kelihatannya inflasi akan di atas batas atas target BI 4%," kata David kepada Katadata.co.id awal pekan ini.

Reporter: Abdul Azis Said