Rupiah Terpukul Kenaikan Suku Bunga The Fed

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.
Pekerja menghitung uang dolar AS dan Rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Rabu (5/1/2022).
6/5/2022, 18.36 WIB

Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp 14.480 per dolar AS pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (6/5). Rupiah melemah di tengah sentimen kenaikan bunga acuan  Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), yang lebih agresif dari sebelumnya.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah sempat menguat jelang pengumuman hasil pertemuan The Fed pada 5 Mei 2022. Rupiah bahkan berhasil ditutup menguat ke Rp 14.415 usai pengumuman The Fed.

"Dampak pengumuman The Fed baru terlihat hari ini karena kemarin spekulan baru meraba-raba," kata Ibrahim kepada Katadata.co.id, Jumat (6/5).

Hal ini terlihat dari pergerakan rupiah yang sore ini ditutup melemah signifikan sampai 65 poin dibandingkan penutupan kemarin. Berdasarkan data Bloomberg, pelemahan sudah terlihat sejak pembukaan perdagangan pagi ini yang melemah di level Rp 14.483 per dolar AS.

The Fed dalam pertemuannya pekan ini kembali mengumumkan kenaikan bunga acuan lebih agresif 50 bps dari kenaikan Maret 25 bps. Langkah ini untuk meredam inflasi yang kini sudah mencapai level tertingginya dalam 40 tahun terakhir.

Usai pengumuman tersebut, imbal hasil atau yield US Treasury naik ke level 3,05% pada perdagangan 5 Mei 2022. Ini merupakan rekor tertinggi sejak akhir November 2018.  Menurut Ibrahim, kenaikan yield inilah yang menjadi pendorong rupiah berbalik melemah hari ini.

Di samping terimbas pengumuman The Fed, pelemahan rupiah hari ini juga dipengaruhi aksi taking profit para spekulan menjelang pembukaan perdagangan pasar domestik pekan depan. Ibrahim memperkirakan rupiah akan menguat terbatas pada perdagangan awal pekan depan.

Sementara itu, optimisme terhadap pemulihan ekonomi domestik yang berlanjut memberi sentimen penguatan ke rupiah. Adanya momentum libur panjang lebaran memberi sinyal peningkatan konsumsi yang kemudian berimplikasi terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Di sisi lain saat libur panjang arus modal asing sepanjang kuartal I juga relatif cukup besar yang mengindikasikan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih cukup bagus, sehingga saat The Fed naikkan bunga 50 bps , rupiah pun ditutup menguat," kata Ibrahim.

Kenaikan harga sejumlah komoditas unggulan Indonesia dinilai masih mengkompensasi sentimen negatif dari adanya larangan ekspor CPO yang mulai berlaku pekan lalu. Di samping itu, langkah bank sentral terus melakukan intervensi di pasar Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) membantu menstabilkan rupiah.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu dalam keterangan terpisah sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II di rentang 4,8%-5,4%. Pertumbuhannya masih cukup kuat sekalipun lebih rendah dibandingkan kuartal II tahun lalu yang melampaui 7%. 

"Kami melihat ada peluang dengan momentum Ramadan dan juga lebaran, libur yang cukup banyak, serta THR dan gaji ke-13 ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi di kuartal II," kata Febrio dalam Konferensi Pers APBN KiTA, Rabu (20/4).

Perang Rusia-Ukraina yang berlangsung sejak penghujung Februari 2022 telah memicu kenaikan harga komoditas pangan dan energi dunia, hingga mendorong laju inflasi tinggi di berbagai negara. Demi meredam laju inflasi tersebut, bank sentral di sejumlah negara telah menaikkan suku bunga acuannya pada periode Maret-April 2022.

Reporter: Abdul Azis Said