Sri Mulyani Soroti Rasio Kredit UMKM RI Jauh di Bawah Negara Selevel

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan keterangan pers tentang realisasi pelaksanaan APBN 2021.
Penulis: Abdul Azis Said
11/5/2022, 19.47 WIB

Rasio kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terhadap total kredit perbankan di Indonesia dinilai masih jauh lebih kecil dibandingkan negara-negara selevel atau peers. Di sisi lain, UMKM juga masih berjuang menghadapi dampak dari pandemi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan UMKM memegang peran penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini menyerap 97% tenaga kerja Indonesia dan berkontribusi lebih 60% terhadap produk domestik bruto (PDB). Meski begitu, UMKM masih menghadapi banyak tantangan, termasuk masalah akses terhadap pembiayaan.

"Saat ini kalau kita lihat di Indonesia baru sekitar 18% dari total kredit perbankan yang disalurkan kepada usaha usaha kecil dan menengah, ini jauh di bawah rata-rata negara peers di 30%-80%," kata Sri Mulyani dalam seminar internasional G20 Indonesia bertajuk 'Transformasi Digital untuk Inklusi Keuangan', Rabu (11/5).

Bukan hanya itu, kondisi UMKM makin rentan karena pandemi membuat banyak bisnis mereka terpaksa tutup. Karena itu, dia menyebut salah satu fokus pemerintah saat ini yakni meningkatkan akses keuangan bagi UMKM. Tujuannya bukan hanya untuk memberdayakan mereka, tetapi juga untuk menciptakan efek pengganda (multiplier effect) yang kuat bagi perekonomian lewat penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.

Menurut data Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SSKI), baki kredit UMKM sebesar Rp 1,22 kuadriliun pada akhir 2021. Nilai tersebut porsinya baru mencapai 21,02% dari total kredit perbankan yang berjumlah Rp 5,82 kuadriliun. Jika dibandingkan dengan besaran produk domestik bruto (PDB) nasional, total nilai kredit perbankan untuk UMKM baru mencapai 7,21%.

Berdasarkan klasifikasi usahanya, sampai akhir 2021 sebanyak Rp 398,92 triliun kredit UMKM dikucurkan untuk usaha mikro, Rp 451,94 triliun untuk usaha kecil, serta Rp 367,39 triliun untuk usaha menengah. Sementara menurut jenis penggunaannya, sebesar Rp 923,77 triliun dikucurkan untuk kredit modal kerja dan Rp 294,49 triliun untuk kredit investasi. 

Sebelum Sri Mulyani, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga berulang kali menyoroti proporsi kredit UMKM terhadap total kredit perbankan yang masih rendah. Dengan realisasi saat ini, nilainya jauh dari yang ditargetkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencapai 30% pada tahun 2024.

"Sampai saat ini, porsi kredit di perbankan masih belum berubah," kata Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2022 dan Peluncuran Taksonomi Hijau Indonesia secara daring pada pertengahan Januari lalu.

Karena itu, menurutnya peningkatan porsi kredit UMKM tidak bisa mengandalkan pertumbuhan secara alamiah. Ia meminta agar tidak boleh ada lagi UMKM yang kesulitan mendapatkan permodalan.

Dalam laporan berbeda, Bank Indonesia mencatat penyaluran kredit UMKM tumbuh cukup tinggi dalam beberapa bulan terakhir. Pada periode Maret, kredit UMKM tumbuh 15% secara tahunan. Kinerja ini lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 14,4% dan jauh di atas pertumbuhan kredit secara umum sebesar 6,4%.

Kinerja penyaluran kredit UMKM ini terutaam ditopang pertumbuhan signifikan pada kredit untuk skala mikro yang tumbuh 94,7%. Kredit kepada UMKM skala kecil tercatat tumbuh 27,4%, sementara kredit kepada usaha menengah terkontraksi 28,6%.

Reporter: Abdul Azis Said