Survei Bank Indonesia (BI) memperkirakan harga rumah naik terbatas pada kuartal kedua tahun ini. Hal ini terindikasi dari perkiraan pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) kuartal II sebesar 1,16% secara tahunan, lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya 1,87%.
"Perkiraan perlambatan harga rumah residensial primer ditengarai oleh penyesuaian harga yang sudah dilakukan oleh developer semenjak awal tahun 2022," tulis BI dalam laporan terbarunya, Rabu (18/5).
BI memperkirakan, tertahannya kenaikan harga rumah terjadi pada seluruh tipe. Harga rumah tipe kecil akan naik 1,62% secara tahunan, lebih rendah dari kuartal sebelumnya 2,37%. Rumah tipe menengah naik 1,12% dari sebelumnya 2,22% dan rumah tipe besar naik 0,73% dari sebelumnya naik 1,01%.
Secara spasial, perlambatan diperkirakan terjadi di sebagian besar kota yang disurvei. Perlambatan paling signifikan terutama di Manado dari sebelumnya tumbuh 1,45% menjadi minus 0,02% serta di Batam yang melambat dari pertumbuhan 5,66% menjadi 4,57%.
BI juga menyebut, harga rumah terindikasi meningkat pada tiga bulan pertama tahun ini. Hal ini tercermin dari IHPR yang tumbuh 1,87% secara tahunan, lebih tinggi dari pertumbuhan kuartal sebelumnya 1,47%.
Kenaikan harga ini terjadi pada seluruh tipe rumah. Indeks harga rumah tipe kecil tumbuh 2,32% dibandingkan tahun lalu, lebih tinggi dari kenaikan kuartal IV 2021 sebesar 1,99%. Harga rumah tipe menengah menguat dari pertumbuhan 1,48% menjadi 2,22% serta rumah tipe besar dari 0,93% menjadi 1,01%.
"Secara spasial, pertumbuhan IHPR tertinggi terjadi di Kota Manado 5,66% kemudian diikuti oleh Pontianak 5,01% dan Yogyakarta 4,01%," kata BI.
Masih dalam laporan yang sama, BI juga melaporkan kinerja penjualan rumah terpantau membaik sepanjang Januari-Maret 2022. Hal ini terlihat dari kontraksi penjualan rumah pada kuartal I sebesar 10,11% secara tahunan, lebih kecil dari bulan sebelumnya minus 11,60%.
Perbaikan perkembangan penjualan pada kuartal pertama didorong oleh membaiknya penjualan pada tipe besar yang tumbuh sebesar 4,01% secara tahunan. Perbaikan juga terjadi pada penjualan tipe rumah kecil dengan kontraksi yang lebih rendah dari minus 23,79% menjadi minus 8,27%. Sementara itu, penjualan tipe rumah menengah mencatat penurunan dibandingkan kinerja kuartal IV 2021 menjadi minus 18,28%.
Responden juga menyampaikan bahwa belum optimalnya penjualan rumah pada awal tahun ini disebabkan oleh beberapa faktor. Mayoritas respon menyebut alasan utamanya karena kenaikan harga bahan bangunan, masalah perizinan/birokrasi, suku bunga KPR, proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR dan perpajakan.