Nilai tukar rupiah dibuka anjlok 94 poin ke level Rp 14.647 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Rupiah terimbas rilis data inflasi AS yang kembali menanjak sehingga menguatkan ekspektasi pengetatan moneter The Fed.
Mengutip Bloomberg, rupiah bergerak ke Rp 14.656 pada pukul 09.20 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan akhir pekan lalu di Rp 14.553 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS pagi ini. Won Korea Selatan anjlok 1,47% disusul dolar Taiwan 0,61% , yuan Cina melemah 0,56% , peso Filipina 0,5%, yen Jepang dan baht Thailand 0,33%, dolar Singapura 0,3%, ringgit Malaysia 0,29%, rupee India 0,1%, sedangkan dolar Hong Kong stagnan.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan tertekan pada perdagangan hari ini imbas rilis data inflasi AS bulan Mei yang kembali naik. Rupiah diramal melemah ke level Rp 14.650, dengan potensi support di kisaran Rp 14.550 per dolar AS.
"Sentimen the Fed menguat lagi setelah data inflasi konsumen AS bulan Mei yang dirilis Jumat malam," kata Ariston, Senin (13/6).
Inflasi AS pada Mei masih melanjutkan kenaikan mencapai 8,6% secara tahunan, tertinggi dalam empat dekade terakhir. Setelah data inflasi dirilis, S&P 500 anjlok 5,1%, dengan bursa saham Wall Street ditutup secara keseluruhan turun 2,9%.
Ariston mengatakan, inflasi AS yang masih belum menurun menjadi alasan bagi bank sentral AS, The Fed untuk menjalankan kebijakan pengetatan moneter yang lebih agresif. Mayoritas ekonom memperkirakan kenaikan bunga The Fed sebesar 50 bps pada rapat pembuat kebijakan pekan ini. Namun, dua perusahaan keuangan global yakni Barclays dan Jefferies mengubah prediksinya dengan perkirakan kenaikan 75 bps.
Penguatan sentimen the Fed ini tercermin di kenaikan yield obligasi pemerintah AS. Yield US Treasury tenor 10 tahun kembali mendekati level 3,2% pada penutupan perdagangan pekan lalu usai rilis data inflasi di AS.
Pelemahan rupiah hari ini juga seiring memburuknya sentimen pasar terhadap aset berisiko. "Indeks saham Asia dibuka negatif, Bitcoin juga bergerak menurun, sudah bergerak di bawah US$ 30 ribu," kata Ariston.
Sentimen negatif tersebut karena adanya kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi global. Tekanan kenaikan harga-harga bisa menekan pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk perekonomian domestik.
Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah akan tertekan oleh penguatan dolar AS pada hari ini dan bergerak di rentang Rp 14.500-Rp 14.700 per dolar AS. Tekanan terutama berasal dari menguatnya ekspektasi kenaikan bunga The Fed yang lebih agresif usai rilis data inflasi akhir pekan lalu. Sementara dari dalam negeri, sentimennya cenderung positif.
"Data penjualan retail lebih bagus dari perkiraan dan ekspektasi neraca perdagangan untuk kembali mengalami surplus besar US$ 5,3 milyar, ini akan mendukung rupiah," kata Lukman kepada Katadata.co.id.