Penerimaan Pajak Akan Lampaui Target, Defisit APBN 2022 Turun ke 3,9%

Antara/Hafidz Mubarak
Menteri Keuangan Sri Mulyani menargetkan defisit APBN tahun ini sebesar Rp 868 triliun atau 4,85% dari PDB.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
1/7/2022, 14.54 WIB

Kementerian Keuangan memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun ini menyusut menjadi 3,92% Produk Domestik Bruto (PDB), turun nyaris 1% dari target awal 4,85%. Kinerja moncer ini, antara lain ditopang penerimaan pajak yang akan kembali melampaui target seperti tahun lalu.

Pemerintah sebelumnya menargetkan defisit APBN tahun ini sebesar Rp 868 triliun atau 4,85% dari PDB. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani  pada bulan lalu memperkirakan defisit bisa turun menjadi 4,5% PDB karena tingginya harga komoditas yang diperkirakan mengerek pendapatan negara Rp 420 triliun.

Adapun dalam outlook terbaru, pendapatan negara diprediksi lebih moncer lagi sehingga defisit hingga akhir tahun ini diperkirakan hanya mencapai Rp 732,2 triliun atau 3,92% PDB.

"Defisit yang sangat turun, berarti APBN relatif lebih sehat dan kuat. Ini sesuai strategi menghadapi kondisi yang volatile terutama di sektor keuangan dengan inflasi global dan kenaikan suku bunga," kata dia dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Jumat (1/7).

Penerimaan pajak tahun ini juga diperkirakan tumbuh 25,8% mencapai Rp 1.608,1 triliun atau 108,3% dari target. Pertumbuhan paling tinggi dibandingkan komponen penerimaan negara lainnya dan melanjutnya kinerja moncer tahun lalu.

Penerimaan kepabeanan dan cukai tahun ini diramal mencapai Rp 316,8 triliun, atau tumbuh 17,7% dari tahun lalu. Penerimaan ini juga akan melampaui target sebesar 105,9%. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diperkirakan sebesar Rp 510,9 triliun atau tumbuh 11,4% dari tahun lalu. 

Sementara belanja negara pada tahun ini diperkirakan tembus Rp 3.169,1 triliun atau 102% dari target, tumbuh 13,7% dibandingkan tahun lalu. Realisasi belanja terutama ditopang oleh belanja non-Kementerian dan Lembaga (K/L) seiring meningkatnya kebutuhan subsidi dan kompensasi energi.

Belanja non-K/L yang berasal dari subsidi energi diperkirakan mencapai Rp 284,6 triliun pada tahun ini atau naik 17,6% dari tahun lalu. Sementara, belanja kompensasi energi akan melonjak 512,7% dari tahun lalu hanya Rp 47,9 triliun menjadi Rp 293,5 triliun pada tahun ini.

"Belanja K/L barangkali masih akan tertekan negatif 13,3%, meski kami akan melakukan relaksasi untuk automatic adjustment," kata Sri Mulyani.

Sementara itu, transfer ke daerah tahun ini tidak naik signifikan 1,7% dengan perkiraan realisasi Rp 799,1 triliun atau hanya 99,3% dari target. Sri Mulyani berharap kondisi keuangan pemerintah daerah masih tetap stabil dan bisa melakukan program-programnya.

Seiring pendapatan yang masih tumbuh tinggi dibandingkan belanja dan defisit ditekan lebih rendah, maka kebutuhan untuk pembiayaan anggaran tahun ini diperkirakan turun 16%. Sampai akhir tahun realisasinya diperkirakan sebesar Rp 732,2% atau 87,1% dari target.

Reporter: Abdul Azis Said