Sri Mulyani Waswas Krisis Pangan Global Berkepanjangan

ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana/hp.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kiri) bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kanan) menyampaikan sambutan pembukaan Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) G20 di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
15/7/2022, 10.48 WIB

Krisis pangan yang didorong oleh lonjakan harga komoditas dikhawatirkan dapat berlangsung lama. Risiko yang semakin kompleks ini menjadi masalah utama yang dibahas dalam pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 di Bali pada pekan ini.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut, perang di Ukraina dan sanksi negara maju terhadap Rusia, serta pembatasan ekspor memperburuk dampak pandemi Covid-19 terhadap risiko ketahanan pangan. Kondisi tersebut mendorong harga pangan mencapai rekor tertingginya.

"Kami akan melihat tantangan terhadap ekonomi global ini yang akan berlangsung lama dan kami perlu mengatasi masalah ini. Bagaimana kita menghindari harga pangan yang terus meningkat," kata Sri Mulyani dalam pembukaan pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 di Nusa Dua, Bali (15/7).

Ia mengatakan, kenaikan harga pangan mendorong jutaan penduduk dunia terancam kelaparan. Menurut data Program Pangan Dunia PBB (WFP), jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan akut sudah melonjak lebih dari dua kali lipat selama dua tahun pandemi, dari 135 juta orang pada 2019 menjadi 276 juta.

Ia menekankan urgensi penanganan krisis pangan secara serius. Menurut dia, butuh lebih banyak mekanisme pembiayaan untuk menyelamatkan banyak hidup masyarakat dan memperkuat stabilitas keuangan dan sosial. Kebijakan makro ekonomi yang baik juga menjadi bagian penting untuk membantu banyak negara melewati masa krisis.

Bukan hanya pangan, negara-negara di berbagai belahan dunia juga tengah berjuang menghadapi lonjakan harga energi. Menurut Sri Mulyani, lanskap energi global telah berubah secara 'radikal' dan harga komoditas energi terus meroket. 

"Saya yakin anda semua sebagai menteri keuangan serta gubernur bank sentral melihat ini  sebagai ancaman bagi stabilitas makroekonomi kita dan juga berpengaruh terhadap lingkungan yang kondusif bagi kita untuk mempertahankan pemulihan," kata dia.

Harga minyak mentah dunia berdasarkan data Bank Dunia sudah naik 350% selama dua tahun sejak April 2020 hingga 2022. Menurut Sri Mulyani, harga minyak dunia sempat tak bernilai atau anjlok hingga nol bukan negatif saat awal pandemi, tetapi berbalik secara ekstrem dalam beberapa waktu terakhir, terutama akibat perang Rusia dan Ukraina.

Kelangkaan bahan bakar juga menjadi krisis di banyak negara saat ini. Situasi ini yang mendorong meluasnya krisis hingga politik dan sosial di beberapa negara seperti Sri lanka, Ghana, Peru, Ekuador dna tempat lainnya. Masalah krisis energi ini menjadi masalah yang mengancam pemulihan ekonomi dunia.

"Dubai berada di tengah krisis energi. Perang serta kenaikan harga komoditas dapat memperburuk lonjakan inflasi global dan meningkatkan ketidakstabilan sosial lebih lanjut," kata Sri Mulyani.

Kelangkaan energi ini telah mempengaruhi standar hidup penduduk dunia, terutama untuk rumah tangga miskin dan rentan. Negara-negara berpenghasilan rendah yang menjadi pengimpor komoditas kemungkinan besar akan sangat terpengaruh, mendorong kerusuhan sosial dan politik lebih lanjut.

Reporter: Abdul Azis Said

Dalam rangka mendukung kampanye penyelenggaraan G20 di Indonesia, Katadata menyajikan beragam konten informatif terkait berbagai aktivitas dan agenda G20 hingga berpuncak pada KTT G20 November 2022 nanti. Simak rangkaian lengkapnya di sini.