Bank Indonesia Diramal Menaikkan Bunga Acuan 25 Basis Poin Hari Ini

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) bersama Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kanan) dan Erwin Rijanyo, menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta,Kamis (20/2/2020).
Penulis: Abdul Azis Said
21/7/2022, 07.10 WIB

Bank Indonesia (BI) diprediksi mulai meninggalkan era suku bunga rendah dengan mengerek bunga acuan 25 basis poin (bps) pada pertemuan siang ini. Tekanan inflasi dan perlunya menjaga stabilitas rupiah menjadi pendorong kenaikan bunga bulan ini.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, keputusan Bank Indonesia yang masih menahan bunga menyebabkan spread terhadap bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed menyempit.

Hal itu menyebabkan pelemahan rupiah, karena spread bunga deposito dolar AS dengan rupiah juga menyempit.

Oleh karena itu, dia memperkirakan Bank Indonesia merespons dengan menaikkan bunga acuan 25 bps hari ini. "Inflasi juga sudah di atas target, sementara kenaikan suku bunga The Fed lebih tinggi dari perkiraan," kata David kepada Katadata.co.id, Rabu (20/7).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi headline pada Juni memang meningkat dan melampaui target bank sentral tahun ini maksimal 4% secara tahunan (year on year/yoy). Meski demikian, inflasi inti sebetulnya melemah secara bulanan (month to month/mtm).

Inflasi inti yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten di dalam pergerakan ​inflasi. Inflasi inti dipengaruhi oleh faktor fundamental seperti interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditas internasional, dan inflasi mitra dagang.

Senada dengan David, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memprediksi bunga acuan akan dikerek 25 bps dalam pertemuan hari ini. Ia memperkirakan kenaikannya bisa mencapai 75 bps sampai akhir tahun ke level 4,25%.

"Kenaikan bunga 25 bps alasannya faktor inflasi, yang kami lihat masih persisten tinggi pada Juli. Selain itu, rupiah yang tertekan, dan kemungkinan bunga acuan The Fed pada FOMC Juli nanti akan naik lebih agresif," kata Faisal kepada Katadata.co.id, Selasa (19/7).

Sedangkan Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede yang memprediksi bunga acuan masih akan ditahan di level rendah yakni 3,5%. Alasannya, inflasi ini belum meningkat signifikan sekalipun headline inflasi mencapai batas atas target bank sentral.

Inflasi inti ini menjadi pertimbangan bank sentral dalam mengerek suku bunga kebijakan. Tren kenaikan inflasi domestik sangat dipengaruhi oleh faktor supply yang secara umum berpotensi mengalami normalisasi kedepannya.

Di samping itu, BI telah melakukan kebijakan stabilitas nilai tukar untuk menjaga rupiah. Kondisi keseimbangan eksternal Indonesia ditunjukkan dari neraca transaksi berjalan, juga masih kuat untuk menopang stabilitas nilai tukar.

Meskipun demikian, dalam lelang Operasi Pasar Terbuka pada Juli, Reverse Repo dengan tenor dua minggu, satu bulan, tiga bulan tercatat naik sekitar 25 - 35 bps jika dibandingkan akhir Juni. Besarannya naik ke level 3,8%, 3,85%, dan 3,9% masing-masing tenor.

Hal tersebut secara umum memberi indikasi bahwa BI memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga acuan.

"Mempertimbangkan output gap Indonesia yang masih negatif, BI diperkirakan menaikkan suku bunga acuan ketika inflasi fundamental cenderung meningkat signifikan, dalam rangka menjangkar ekspektasi inflasi hingga akhir tahun," kata Josua dalam risetnya.

Bank Indonesia diramal baru mulai menaikkan bunga acuan antara Agustus dan September. Kenaikan bunga acuan diperkirakan 75 bps sampai akhir tahun.

Reporter: Abdul Azis Said