ECB Naikkan Bunga 50 Bps, Eropa Tinggalkan Era Suku Bunga Negatif
Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir guna menekan lonjakan inflasi yang terjadi di benua tersebut. Bank sentral dari 19 negara yang berbagi mata uang euro menaikkan 50 bps membawa suku bunga deposito dari area negatif ke nol.
Langkah ECB mengejutkan pasar lantaran para investor memperkirakan kenaikan suku bunga hanya akan mencapai 25 bps.
"Dewan Pengatur menilai bahwa tepat untuk mengambil langkah pertama yang lebih besar pada jalur normalisasi tingkat kebijakan daripada yang ditunjukkan pada pertemuan sebelumnya," kata ECB dalam sebuah pernyataan Kamis (22/7), seperti dikutip dari CNBC.
Lembaga Frankfurt, Jerman, telah mempertahankan suku bunga pada posisi terendah bersejarah, di wilayah negatif sejak 2014. Jerman berhadapan dengan risiko krisis utang negara dan pandemi virus corona.
Euro naik ke sesi tertinggi di tengah berita kenaikan suku bunga yang lebih agresif, diperdagangkan pada 1,0257 dolar kemarin. Imbal hasil obligasi 10-tahun Italia juga melonjak karena berita tersebut, memperpanjang kenaikan setelah bereaksi terhadap pengunduran diri Perdana Menteri Mario Draghi Kamis pagi.
ECB mengatakan, kenaikan suku bunga ini untuk memastikan bahwa kondisi permintaan akan menyesuaikan untuk mencapai target inflasi dalam jangka menengah.” Target inflasi bank sentral adalah 2%.
ECB sebelumnya telah mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga pada Juli dan September karena inflasi harga konsumen terus melonjak. Namun, saat itu tidak jelas apakah itu akan membawa suku bunga kembali ke nol. Suku bunga deposito bank sekarang 0%, tingkat bunga operasi refinancing utama adalah 0,5% dan fasilitas pinjaman marjinal berada di 0,75%.
Berbicara setelah keputusan diumumkan, Presiden ECB Christine Lagarde menjelaskan, inflasi tinggi menjadi alasan di balik kenaikan suku bunga yang lebih besar dari ekspektasi pasar.
“Inflasi terus tinggi yang tidak diinginkan dan diperkirakan akan tetap di atas target kami untuk beberapa waktu. Data terbaru menunjukkan perlambatan pertumbuhan, mengaburkan prospek untuk paruh kedua tahun 2022 dan seterusnya," kata dia.
Seema Shah, kepala strategi di Principal Global Investors mengatakan melalui email bahwa ECB tidak memperketat kebijakannya dengan latar belakang pertumbuhan ekonomi yang kuat.
“ECB sedang masuk ke dalam ekonomi yang melambat secara drastis, menghadapi kejutan stagflasi parah yang cukup di luar kendalinya,” dia mengatakan.
Menurut dia, ECB merupakan bank sentral negara maju yang berada dalam posisi paling buruk. Tak hanya perlambatan pertumbuhan ekonomi dan inflasi, ECB juga menghadapi krisis politik Italia yang menghadirkan dilema risiko kedaulatan yang sulit.
Inflasi Eropa pada Juni menunjukkan rekor tertinggi 8,6%. Namun, beberapa investor skeptis atas tindakan ECB karena mereka memprediksi resesi akhir tahun ini. Perkiraan ECB pada bulan lalu menunjukkan tingkat inflasi sebesar 6,8% untuk seluruh tahun ini, dan 3,5% pada tahun 2023. Sementara pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 2,1% pada tahun ini dan tahun depan.
Salah satu ketidakpastian terbesar ke depan yang dihadapi Rusia adalah apakah Rusia akan memotong pasokan gas alam ke Eropa sepenuhnya. Moskow telah dituduh mempersenjatai bahan bakar fosil ketika Uni Eropa menjatuhkan sanksi keras kepada Kremlin karena serangan gencarnya di Ukraina.