Tanda-tanda Resesi: Warga Amerika Mulai Kesulitan Membayar Tagihan

ANTARA FOTO/REUTERS/David Ryder/ama/dj
Ilustrasi. Amerika Serikat menghadapi lonjakan inflasi yang tengah coba diredam dengan kenaikan bunga agresif oleh The Fed.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
25/7/2022, 18.43 WIB

Apakah ekonomi Amerika sudah dalam resesi? Perdebatan ini muncul di antara para bankir bank sentral, investor, ekonom, hingga politisi. Namun, satu hal yang mulai terlihat jelas adalah beberapa konsumen, terutama yang kurang makmur, mulai kesulitan membayar tagihan mereka tepat waktu.

Mengutip CNN, data dari perusahaan kartu kredit dan operator nirkabel minggu ini menyoroti tanda peringatan itu. Pada Kamis (21/7), raksasa kartu kredit Discover (DFS) dan Capital One (COF) mencatatkan pendapatan kuartalan yang lebih rendah dari ekspektasi analis. Saham mereka jatuh karena berita tersebut.

Tingkat tunggakan naik sedikit, dan kedua bank juga meningkatkan cadangan mereka untuk kerugian kredit di masa depan. Sebuah langkah peringatan yang menunjukkan kekhawatiran tentang arah ekonomi selama beberapa bulan ke depan.

Banyak faktor makro yang berperan. Inflasi  melonjak tinggi, sedangkan kenaikan suku bunga The Federal Reserve yang bertujuan mengendalikan harga masih membutuhkan waktu untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Tingkat suku bunga yang lebih tinggi pada akhirnya dapat memperlambat perekonomian.

"Tantangan besar bagi konsumen adalah inflasi harga dan suku bunga yang lebih tinggi. Inflasi dapat mengikis kelebihan tabungan konsumen yang terakumulasi selama pandemi, terutama jika kenaikan harga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan upah," kata CEO Capital One Richard Fairbank tentang pendapatan perusahaan.

Fiarbank menjelaskan, suku bunga yang lebih tinggu juga kemungkinan akan "meningkatkan" biaya yang harus dikeluarkan konsumen untuk membayar bunga atas tagihan bulanan mereka.

Perusahaan telekomunikasi AT&T mengatakan dalam laporan pendapatannya bahwa banyak pelanggan pascabayar yang membayar tagihan bulanan mereka lebih lambat. "Kami melihat peningkatan kredit macet menjadi sedikit lebih tinggi dari tingkat pra-pandemi," kata CEO AT&T John Stankey pada panggilan konferensi dengan para analis Kamis.

Namun, Stankey  masih berharap pelanggan akan membayar tagihan mereka, meskipun sedikit kurang tepat waktu. Kepala keuangan perusahaan Pascal Desroches meyakinkan para analis bahwa AT&T tidak khawatir dengan hal ini.

Saingannya Verizon (VZ) yang melaporkan pendapatan Jumat bahkan menurunkan prospeknya untuk tahun ini. Seperti AT&T, Verizon juga melihat beberapa pelanggan mulai kesulitan membayarkan tagihan. 

"Inflasi jelas berdampak pada perilaku konsumen. Anggaran konsumen menjadi lebih ketat," kata CEO Verizon Hans Vestberg melalui telepon dengan para analis.

Dengan pemikiran tersebut, Verizon baru-baru ini meluncurkan paket langganan bulanan yang lebih murah bernama Welcome Unlimited yang menurut Vestberg. Ini akan memenuhi kebutuhan konsumen yang sadar anggaran.

Sementara itu, konsumen yang lebih kaya belum tentu mengencangkan ikat pinggang mereka. Meskipun raksasa nirkabel dan dua perusahaan kartu kredit teratas semuanya mencatat peningkatan tekanan pada rata-rata konsumen Amerika, satu perusahaan dengan fokus pada individu dengan kekayaan bersih yang lebih tinggi masih bertahan dengan baik.

American Express (AXP) melaporkan pendapatan yang melampaui perkiraan pada Jumat. Saham AXP pun naik 4%. 

CEO Stephen Squeri mengatakan dalam rilis pendapatan bahwa ada pemulihan yang kuat dalam tingkat pengeluaran perjalanan dan hiburan yang membantu kinerja AmEx. Pengeluaran dalam kategori tersebut, menurut dia, bagkan  melampaui tingkat pra-pandemi pada bulan April untuk pertama kalinya.

Squeri juga mengatakan kinerja kredit perusahaan tetap luar biasa, dengan kredit macet mendekati posisi terendah dalam sejarah. AmEx juga membangun cadangan kredit yang kecil pada kuartal tersebut.

Squeri mengatakan selama panggilan konferensi dengan analis bahwa perusahaan mengawasi data pasar tenaga kerja, mengatakan bahwa ada korelasi antara "orang kehilangan pekerjaan dan tidak mampu membayar tagihan mereka."

"Jadi itu berpotensi menjadi masalah di jalan," katanya.

Namun, AmEx bisa dibilang dalam posisi yang jauh lebih baik daripada perusahaan lain karena pelanggannya cenderung lebih kaya. Ketika seorang analis bertanya kepada Squeri selama panggilan konferensi mengapa anggota kartu AmEx dapat bertindak berbeda dari konsumen rata-rata, Squeri dengan blak-blakan dalam jawabannya.

"Saya pikir jawaban sederhananya adalah mereka punya lebih banyak uang," ujarnya.