INDEF Ramal Ekonomi Kuartal III Tak Secerah Kuartal II karena Inflasi

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.
Ilustrasi. Ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini tumbuh 5,44% secara tahunan.
Penulis: Agustiyanti
8/8/2022, 07.51 WIB

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksi kinerja ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga tahun ini tak akan secerah kinerja pada kuartal kedua lalu. Pertumbuhan ekonomi pada dua kuartal terakhir tahun ini akan berada di bawah capaian April-Juni sebesar 5,44%.

Wakil Direktur Eko Listiyanto menyatakan tantangan perekonomian pada kuartal ketiga dan keempat tahun ini cukup besar. Apalagi, ekonomi tak lagi mendapatkan keuntungan dari beberapa momentum yang terjadi pada kuartal kedua. 

“Kuartal II, ada momentum kemewahan musiman. Entah itu hari raya keagamaan atau event-event besar lainnya relatif jarang dan ini tentu akan berimplikasi kepada kinerja perekonomian,” ujarnya pada Minggu (7/8), seperti dikutip dari Antara.

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II berhasil melampaui ekspektasi pemerintah dan para ekonom. Ia memperkirakan, perekonomian pada kuartal III dan IV akan tumbuh lebih rendah dibandingkan kuartal kedua bukan hanya karena tak adanya lagi momentum Lebara, tetapi juga terhambat oleh tren inflasi yang meningkat.

"Ini akan menjadi tantangan karena inflasi menggerus daya beli dan membuat konsumsi menjadi lebih lesu kembali,” kata Eko.

Dia menilai, empat sektor dominan yang paling berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu industri, pertambangan, pertanian dan perdagangan dapat kembali dipacu pada kuartal III.  Hal tersebut menimbang kinerja keempat sektor itu terhadap PDB masih lamban karena hanya bertumbuh secara rata-rata yakni 4 persen year on year (yoy) atau di bawah pertumbuhan ekonomi triwulan II/2022 yang sebesar 5,44 persen yoy.

“Yang tumbuh kemarin sebenarnya sektor-sektor enabler atau pendukung,. Adapun sektor utamanya belum pulih banget. Ini gambaran bagaimana kalau kita tidak dorong sektor dominannya, maka rentan perekonomian,” katanya.

Ia juga mengingatkan ketidakpastian global terutama perihal geopolitik, seperti perang antara Rusia dengan Ukraina menambah tantangan perekonomian kuartal III dan IV tahun 2022.

“Belum lagi ditambah provokasi Amerika Serikat (AS) dengan datang ke Taiwan. Singkat cerita, ini menimbulkan ketidakpastian yang lebih tinggi lagi," katanya.

Dari sisi keuangan, menurut dia, agresivitas kenaikan suku bunga acuan The Fed disebut masih bakal berlangsung sampai ada tanda-tanda tekanan inflasi di AS mereda. Kenaikan bunga AS kemungkinan melandai jika inflasi AS mencapai 2%, sementara kini berada di posisi lebih dari 9%.

Reporter: Antara