BPS: Neraca Dagang Terancam Lesu, Harga Komoditas dan Ekspor Turun

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/rwa.
Suasana aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (15/4/2021).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati
15/8/2022, 15.59 WIB

Kinerja ekspor pada Juli menunjukkan seiring melemahnya harga komoditas ekspor unggulan Indonesia. Badan Pusat Statustik (BPS) mewaspadai lesunya kinerja neraca dagang yang bakal berlanjut pada beberapa bulan mendatang.

"Volume ekspor utama Indoensia menunjukan kecenderungan yang stagnan, serta beberapa harga komoditas internasional menunjukan penurunan, barang kali perlu kita waspada terhadap neraca dagang kita untuk bulan-bulan ke depan," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam konferensi pers daring, Senin (15/8).

Setianto menyebut ekspor Indonesia yang impresif selama beberapa bulan terakhir tidak bisa lepas dari tren tingginya harga komoditas. Namun, windfall tersebut dapat berakhir jika harga komoditas yang terus turun kemudian menyentuh level normal.

Harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) terus turun dan menyentuh US$ 1.056 per metrik ton pada Juli. Meski demikian volume ekspor CPO mulai meningkat setelah sempat tertahan oleh kebijakan larangan ekspor beberapa bulan lalu.

Harga feronikel juga turun menjadi US$ 21,5 per dmtu. Penurunan harga ini seiring melemahnya volume ekspor yang pada bulan lalu hanya 400 ribu ton, bahkan lebih rendah dari level awal 2020.

Harga batu bara masih menunjukkan kenaikan mencapai US$ 306,4 per metric ton pada bulan lalu. Meski demikian volume ekspornya juga mulai melandai menjadi 33,4 juta ton pada bulan lalu.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said