Ada Biaya Sosial dari Rencana Kenaikan Harga BBM, Berapa Besarnya?

ANTARA FOTO/Rahmad/wsj.
Ilustrasi. Kenaikan harga BBM biasanya diiringi dengan munculnya biaya sosial.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
1/9/2022, 09.32 WIB

Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tak hanya berpotensi menggerus daya beli masyarakat, tetapi juga menimbulkan biaya sosial. Ini mencakup turunnya kepercayaan masyarakat hingga risiko demonstrasi. 

Wacana kenaikan harga BBM bersubsidi makin kencang disampaikan sejumlah menteri. Sinyal ini semakin kuat setelah pemerintah pada awal pekan ini merilis bantuan sosial (bansos) tambahan dengan anggaran Rp 24,17 triliun. Tambahan bantuan ini kemudian disebut sebagai bansos 'pengalihan subsidi BBM'. 

Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad menyebut kenaikan harga BBM akan menimbulkan biaya sosial berupa menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. "Pada waktu minyak goreng, itu terjadi demonstrasi dan kepercayaan masyarakat turun," ujarnya kepada Katadata.co.id, Rabu (31/8).

Pemerintah, menurut dia, juga perlu bersiap jika protes bisa lebih luas karena adanya kesenjangan penerima bansos. Tauhid menyebut, bansos yang disalurkan menggunakan data lama sehingga ada kemungkinan beberapa bantuan tidak tepat sasaran. Kecemburuan sosial bisa meningkat sehingga memicu tambahan gejolak di masyarakat.

Menurut dia, besaran kenaikan harga BBM akan menentukan seberapa besar protes yang akan dilakukan masyarakat. Ia memperkirakan, kenaikan harga sebesar 30%, bisa memicu demonstrasi dalam skala medium. Demonstrasi yang berlangsung selama sehari atau dua hari dinilai tidak signifikan mengganggu pasar keuangan. Namun, dampaknya bisa lebih besar jika demo berlangsung lebih masif dan lama.

"Kalau demo-demo politik yang lama mungkin dampaknya ke indeks saham besar, tapi kalau yang ini mungkin sesaat," kata Tauhid.

Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia Teuku Riefky mengatakan, biaya sosial yang harus ditanggung dari kenaikan harga bahan bakar tidak akan signifikan. Kalaupun terjadi demonstrasi di masyarakat, dampaknya terhadap volatilitas pasar keuangan juga diperkirakan tidak akan parah.

"Kami lihat sejauh ini pemerintah sudah melakukan sosialisasi publik kenapa harga BBM harus naik dan seberapa besar kebocorannya serta bagaimana antisipasinya, misalnya penambahan bantuan langsung tunai (BLT) yang sudah disampaikan," kata Riefky kepada Katadata.co.id.

Ia melihat langkah kenaikan harga justru secara neto akan positif ke perekonomian. Investor bakal lebih optimistis dengan langkah pemerintah yang dinilai berhasil mereformasi sistem subsidi energi yang selama ini tidak tepat sasaran.

Analis PT Sinar Mas Futures Ariston Tjendra mengatakan, demonstrasi akibat kenaikan harga bahan bakar dapat mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah. Protes sosial, menurut dia, akan mengganggu perekonomian kemudian memberi sentimen negatif ke pasar keuangan. Ia berharap pemberian bansos tambahan bisa menahan gejolak tidak terlalu besar.

Di luar dari dampak sosialnya, menurut Ariston, kenaikan harga BBM tentu akan menekan rupiah melalui risiko kenaikan inflasi. "Inflasi bisa menurunkan daya beli yang akan menekan laju pertumbuhan ekonomi, ekspektasi ini bisa menekan rupiah," kata Ariston.

 

Reporter: Abdul Azis Said