IMF Naikkan Prospek Ekonomi Vietnam Tapi Pangkas Prospek Indonesia

123.rf/bumbledee?
IMF menyebut Vietnam menjadi satu-satunya negara di kawasan Asia yang pertumbuhannya direvisi penuh 1 poin persentase ke atas.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
8/9/2022, 11.45 WIB

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi Vietnam tumbuh hingga 7% pada tahun ini, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Ekonomi Vietnam tumbuh kuat berkat inflasi yang terjaga, suku bunga murah, hingga berlanjutnya pemulihan ekonomi, pada saat banyak negara lain di kawasan, termasuk di Indonesia bergulat dengan risiko penurunan prospek pertumbuhan.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Vietnam tahun ini dinaikkan 1 poin persentase dari perkiraan sebelumnya 6%. Kenaikan ini kontras dibandingkan negara lain di kawasan yang dalam laporan terbaru IMF diperkirakan turun.

Indonesia dipangkas 0,1 poin, Malaysia dan Thailand masing-masing 0,5 poin. Tiga perekonomian terbesar Asia kompak diperkirakan tumbuh lebih lambat tahun ini, Cina bahkan diturunkan hingga 1,1 poin, India 0,8 dan Jepang 0,7 poin persentase.

IMF menyebut Vietnam menjadi satu-satunya negara di kawasan Asia yang pertumbuhannya direvisi penuh 1 poin persentase ke atas. Ekonomi Filipina sebetulnya juga diperkirakan tumbuh lebih cepat dari perkiraan, namun kenaikannya hanya 0,2 poin dari outlook sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Asia secara keseluruhan diturunkan 4 poin menjadi 4,2%.

"Paruh pertama tahun ini melihat pemulihan ekonomi yang cepat karena pembatasan pandemi Vietnam mereda setelah penerapan strategi hidup dengan Covid-19 dan dorongan vaksinasi yang kuat," kata IMF dalam laporannya dikutip Kamis (8/9).

Pertumbuhan yang kuat tahun ini juga ditopang oleh kebijakan suku bunga rendah sehingga pertumbuhan kredit juga maksimal. Program pemerintah untuk pemulihan dan pembangunan sosial ekonomi telah disertai dengan output manufaktur yang kuat dan pemulihan dalam aktivitas ritel dan pariwisata.

Alasan lain pertumbuhan kuat di Vietnam karena inflasinya relatif masih terkendali dibandingkan kawasan. Inflasi sebagian besar terbatas pada beberapa barang seperti bahan bakar dan layanan transportasi. 

"Konsumen sebagian besar terisolasi dari lonjakan harga pangan global karena pasokan domestik yang cukup, harga daging babi menurun dari puncak tahun lalu, dan preferensi untuk beras, yang tetap lebih murah daripada biji-bijian lain seperti gandum," kata IMF.

Inflasi memang terpantau terus naik dalam tujuh bulan pertama tahun ini. Namun, inflasi masih tetap berada di bawah target bank sentral di 4%. Inflasi inti Vietnam juga masih di bawah realisasi negara lain di kawasan berkat pemulihan ekonomi yang tertunda pada tahun lalu hingga kenaikannya terjaga.

Inflasi secara keseluruhan di Vietnam pada Juli sebesar 3,14% secara tahunan, dibandingkan Indonesia pada periode yang sama yakni 4,94%. Inflasi Malaysia 4,4%, Filipina mencapai 6,4% , bahkan Vietnam jauh dibandingkan Thailand yang melesat hingga 7,61%.

Namun, Vietnam tidak serta merta lolos dari risiko kenaikan inflasi. Peningkatan aktivitas ekonomi bisa mendorong inflasi. Biaya transportasi dan komoditas seperti pupuk dan pakan ternak yang lebih tinggi bisa mendorong kenaikan harga barang lainnya.

Ekonomi Vietnam juga dibayangi risiko perlambatan ekonomi  global yang diramal tumbuh lebih lambat. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini hanya mencapai 2,9% dari perkiraan sebelumnya 3,2%. Perlambatan ekonomi Cina dan negara mitra dagang lain seperti AS dan Eropa bisa menekan ekspor Vietnam.

Kondisi keuangan global juga semakin ketat seiring pengetatan moneter. Hal ini akan meningkatkan biaya utang dan menyebabkan arus keluar modal asing dari Vietnam seperti yang telah terjadi di banyak negara berkembang.

Ekonomi Vietnam tahun depan diramal tumbuh menjadi 6,7%, turun 0,5 poin dari perkiraan sebelumnya. "Namun itu masih kontras dengan prospek yang meredup di tempat lain dan akan menjadi laju tercepat di antara ekonomi utama Asia," kata IMF.

Reporter: Abdul Azis Said