Menteri ESDM Sebut Harga Pertalite Bisa Kembali Turun, Ini Syaratnya

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/POOL/foc.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengajak masyarakat menghemat konsumsi BBM.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
9/9/2022, 16.55 WIB

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut, harga BBM jenis Pertalite berpotensi turun jika harga minyak turun. Pemerintah telah menaikkan harga Pertalite dari Rp 7.650 menjadi Rp 10 ribu per liter mulai 3 September, bersama kenaikan harga Solar dan Pertamax.

"Nanti kami lihat, kalau harga minyak membaik ya InsyaAllah turun," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif kepada wartawan di Hotel Ayana MidPlaza, Jumat (9/9).

Harga minyak dunia dalam beberapa hari terakhir ini bergerak menurun. Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah WTI kontrak Oktober turun 1,75% menjadi US$ 85 per barel, harga Brent kontrak November turun 1,86% menjadi US$ 90,8 per barel.

Arifin juga mengajak masyarakat menghemat konsumsi BBM. Dalam hitungan pemerintah sebelumnya, kuota Pertalite dan Solar berpotensi hanya cukup sampai Oktober.

Pemerintah sebelumnya memperkirakan konsumsi Pertalite dapat membengkak 6 juta kilo liter dari alokasi saat ini 23 juta kilo liter. Konsumsi Solar juga berpotensi membengkak 2 juta kilo liter dari alokasi 15,1 juta kilo liter.

"Bagaimana caranya, agar yang biasanya keluar bensin 3 liter bisa tidak hanya 2 liter saja. Ini juga untuk mengurangi udara berpolusi yang kita hirup," kata Arifin.

Pemerintah resmi mengumumkan harga Pertalite naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10 ribu per liter, sedangkan harga Solar naik dari dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter. Harga Pertamax yang nonsubsidi juga dikerek menjadi Rp 14.500 dari sebelumnya Rp 12.500. Perubahan harga tersebut resmi berlaku mulai 3 September.

Keputusan pemerintah menaikkan harga BBM diklaim dapat mengurangi konsumsi masyarakat terhadap bahan bakar bersubsidi jenis Pertalite dan Solar. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut konsumsinya akan tetap melampaui kuota tahun ini sehingga berimplikasi terhadap anggaran subsidi yang membengkak. 

"Kenaikan harga BBM mungkin akan sedikit menurunkan volume sehingga tidak akan mencapai 29 juta kilo liter. Namun, ini sudah pasti akan melewati 23 juta dan kemungkinan bisa mencapai 25 atau 26 juta kilo liter," ujarnya dalam interview dengan Kompa  TV, Rabu (7/9). 

Reporter: Abdul Azis Said