Ekspor Masih Melesat 9,17% pada Agustus Meski Harga Komoditas Melandai

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/tom.
Ilustarsi. Kinerja ekspor pada Agustus naik 30,15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
15/9/2022, 11.42 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor pada Agustus mencapai US$ 27,91 miliar. Kinerja ekspor naik 9,17% dibandingkan bulan sebelumnya atau 30,15% dibanding periode yang sama tahun lalu di tengah harga sejumlah komoditas yang melandai. 

Deputi Bidang Statsitik Distribusi Barang dan Jasa BPS Setianto menjelaskan, kenaikan ekspor terutama didorong oleh komoditas lemak dan minyak hewan nabati kode HS15 yang naik 25,4% atau sebesar US$ 904,7 juta. Kenaikan juga terjadi pada kelompok barang besi dan baja atau kode HS 74 sebesar US$ 284,8 jita.

"Komoditas yang juga naik cukup besar adalah mesin dan perlengkapan elektrik dengan kode HS85 dengan kenaikan 21,16% atau US$ 253 juta," ujar Setianto dalam konferensi pers, Kamis (15/9). 

Ia menjelaskan, ekspor nonmigas secara keseluruhan pada Agustus naik 8,24% secara bulanan menjadi  US$ 26,19 miliar. Kenaikan ekspor yang tinggi juga terjadi pada kelompok kendaraan dan bagiannya mencapai US$ 106,8 juta dan nikel dan barang daripadanya US$ 98,7 juta. Sementara itu, ekspor migas juga melonjak 25,59% menjadi US$ 1,72 miliar. 

"Kenaikan ekspor migas, terutma terjadi karena ekspor gas yang naik 29,35%. Ini karena volume yang naik 14,99% dan agregat harga yang naik 12,49%," katanya. 

Di sisi lain, menurut dia, terjadi penurunan ekspor pada kelompok bahan bakar mineral atau kode HS27 sebesar US$ 368,5 juta, disusul bahan kimia anorganik US$ 66,3 juta, serta bijih logam, terak dan abu US$ 46 juta.

Adapun berdasarkan negaranya, peningkatan terbesar terjadi untuk ekspor dengan tujuan Cina sebesar US$ 1,13 miliar. India menyusul dengn kenaikan ekspor sebesar US$ 206.2 juta, Malaysia US$ 99,9 juta, Mesir US$ 91,7 juta, dan Inggris US$ 81,7 juta.

"Kenaikan ekspor nonomigas ke lima negara tersebut terjadi untuk komoditas besi dan baja, bijih logam dan abu, serta minyak hewan dan lemak nabati," kata dia. 

Ia juga menjelaskan, terjadi penurunan ekspor untuk sejumlah negara. Penurunan tertinggi terjadi pada Pakistan yang turun US$ 301 juta, disusul Taiwan US$ 159,7 juta, Myanmar US$ 61 juta, Korea Selatan US$ 53,4 juta, dan Polandia US$ 51,8 juta. 

Setianto mencatat, kenaikan ekspor ini pada bulan lalu terjadi di tengah mulai melandainya harga komoditas. Menurut dia, harga minyak sawit dalam beberapa bulan terakhir menurun tajam, demikian pula dengan bijih besil.  Pada Agustus 2022, harga minyak sawir turun 10,15% secara tahunan, biji besi turun 32,87%. 

"Harga komoditas nikel dan minyak mentah beberapa bulan terakhir juga mengalami penurunan, tetapi harga pada Agustus 2022 masih lebih tinggi dibandingkan Agustus 2021," katanya. 

Ia mencatat, harga nikel masih naik 15,32% secara tahunan dan minyak mentah naik 39,35% secara tahunan. 

Adapun komoditas yang masih menjadi unggulan adalah batu bara yang masih mengalami tren kenaikan harga. Harga batu bara sudah melonjak 110,3% dibandingkan Agustus 2021. Kinerja yang tak kalah kinclong terjadi pada harga gas alam yang naik 117%.

"Ekspor batu bara menurun lebih karena adanya penurunan volume," kata dia.