Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan kinerja ekspor dan impor pada Agustus 2022 mencetak rekor tertinggi dalam sejarah. Kinerja keduanya yang kinclong tak lepas dari andil besar perdagangan dengan Cina.
Ekspor pada Agustus mencapai US$ 27,91 miliar, naik 9,17% dibandingkan bulan sebelumnya atau 30,15% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara impor mencapai US$ 22,15 miliar, naik 3,77% dibandingkan bulan sebelumnya atau 32,81% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan catatan Katadata.co.id, kinerja ekspor dan impor pada bulan lalu ini merupakan yang tertinggi dalam sejarah. Kinerja ekspor terakhir kali mencetakkan rekor tertinggi dalam sejarah pada April 2022, sedangkan impor pada Maret 2022.
Deputi Bidang Statsitik Distribusi Barang dan Jasa BPS Setianto menjelaskan, ekspor nonmigas. bulan lalu naik 8,24% secara bulanan menjadi US$ 26,19 miliar, sedangkan ekspor migas melonjak 25,59% menjadi US$ 1,72 miliar.
"Kenaikan ekspor migas, terutama terjadi karena ekspor gas yang naik 29,35%. Ini karena volume yang naik 14,99% dan agregat harga yang naik 12,49%," katanya.
Kenaikan ekspor nonmigas terutama didorong oleh komoditas lemak dan minyak hewan nabati kode HS15 yang naik 25,4% atau sebesar US$ 904,7 juta. Kenaikan juga terjadi pada kelompok barang besi dan baja atau kode HS 74 sebesar US$ 284,8 juta.
Adapun berdasarkan negaranya, peningkatan terbesar terjadi untuk ekspor dengan tujuan Cina sebesar US$ 1,13 miliar. India menyusul dengn kenaikan ekspor sebesar US$ 206.2 juta, Malaysia US$ 99,9 juta, Mesir US$ 91,7 juta, dan Inggris US$ 81,7 juta.
"Kenaikan ekspor nonomigas ke lima negara tersebut terjadi untuk komoditas besi dan baja, bijih logam dan abu, serta minyak hewan dan lemak nabati," kata dia.
Ia juga menjelaskan, terjadi penurunan ekspor untuk sejumlah negara. Penurunan tertinggi terjadi pada Pakistan yang turun US$ 301 juta, disusul Taiwan US$ 159,7 juta, Myanmar US$ 61 juta, Korea Selatan US$ 53,4 juta, dan Polandia US$ 51,8 juta.
Sementara itu, impor pada Agustus 2022 juga tercatat naik 3,77% dibandingkan bulan sebelumnya atau 32,81% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan impor terjadi pada barang nonmigas sebesar 9,23% menjadi US$ 18,45 miliar, sedangkan impor migas turun 16,9% menjadi US$ 3,7 miliar.
"Impor migas secara tahunan masih tumbuh 80,63%, sedangkan impor nonmigas tumbuh 26,11%," katanya.
Berdasarkan penggunaannya, kenaikan impor secara bulanan terutama terjadi pada barang modal yang naik 18,14% menjadi US$ 3,54 miliar. Impor barang konsumsi naik 12,27% menjadi US$ 1,85 miliar, sedangkan bahan baku hanya naik 0,35% menjadi US$ 16,76 miliar.
Impor nonmigas terbesar pada bulan lalu masih berasal dari Cina mencapai US$ 6,57 miliar. Impor dari Cina juga mencatatkan kenaikan tertinggi dibandingkan bulan Juli sebesar US$ 633,9 juta. Kenaikan impor tertinggi selanjutnya dicatatkan Jerman sebesar US$ 142 juta dan Malaysia US$ 125 juta.
Di sisi lain, impor Indonesia dari beberapa negara pada bulan lalu tercatat turun. Impor dari Singapura turun US$ 73 juta, Argentina US$ 62,8 juta, dan Thailand US$ 45 juta.
Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus mencapai US$ 5,7 miliar, terutama disumbang oleh aktivitas perdagangan dengan India dan Amerika. Sementara neraca perdagangan dengan Cina mencatatkan defisit US$ 411,7 juta.