Nilai tukar rupiah dibuka melemah 28 poin ke level Rp 15.066 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pelemahan dipengaruhi kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan naiknya bunga The Fed di sisa dua pertemuannya tahun ini.
Mengutip Bloomberg, rupiah tembus Rp 15.103 pada pukul 09.15 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan akhir pekan lalu di Rp 15.038 per dolar AS.
Semua mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS pagi ini. Yen Jepang melemah 0,31%, dolar Hong Kong 0,01%, dolar Singapura 0,22%, dolar Taiwan 0,56%, won Korea Selatan jatuh 1,41%, peso Filipina 0,57%, rupee India 0,15%, yuan Cina 0,36%, ringgit Malaysia 0,32% dan baht Thailand 0,55%.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah masih akan tertekan hari ini imbas ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral AS, The Fed. Rupiah diramal melemah ke Rp 15.100, dengan potensi penguatan di kisaran Rp 15.000 per dolar AS.
The Fed telah menaikkan bunga 75 bps pada pertemuan pekan lalu, kenaikan dengan besaran yang sama dalam tiga pertemuan beruntun. Pasar masih berekspektasi kenaikan 75 bps akan kembali dilakukan pada pertemuan November.
Berdasarkan alat pemantauan CME FedWatch, probabilitas kenaikan 75 bps pada November sebesar 72% dengan 28% memperkirakan kenaikan 50 bps. "Ancaman inflasi Di AS yang masih besar memicu ekspektasi kenaikan 75 bps," kata Ariston dalam risetnya, Senin (26/9).
Data inflasi AS bulan Agustus menunjukkan kenaikan 0,1% secara bulanan, meski secara tahunan terpantau sedikit turun ke 8,3% dari bulan sebelumnya 8,5%. Realisasi ini di atas perkiraan Dow Jones, indeks harga konsumen (IHK) yang diprediksi deflasi 0,1% secara bulanan dan inflasi tahunan turun ke 8%.
Pelemahan hari ini juga menyusul sentimen negatif terhadap pasar saham Asia pagi ini. Indeks sejumlah negara Asia terpantau melemah pada pembukaan pagi ini, mengindikasikan bahwa pasar sedang enggan masuk ke aset berisiko.
Indeks Nikkei 225 Jepang memerah 2,1% bersama Kospi Korea Selatan 2,31% , Nifty 50 India 1,72% dan Straits Times Singapura 0,43%. Namun indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai SE Composite Cina terpantau menguat tipis.
Analis DCFX Lukman Leong juga melihat rupiah masih akan tertekan dan bergerak di rentang Rp 15.000-Rp 15.150 per dolar AS. Kenaikan bunga The Fed telah mendorong imbal hasil alias yield obligasi pemerintah AS naik.
"Rupiah diperkirakan masih akan melemah oleh penguatan dolar AS, dengan yield obligasi AS tenor dua tahun mencapai level tertinggi baru dalam lima tahun 4.255%," kata Lukman dalam risetnya.