Bank Dunia mempertahankan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 5,1% saat memangkas ekonomi Cina hampir separuhnya menjadi 2,8%. Prospek pertumbuhan beberapa negara lainnya di Asia Tenggara bahkan direvisi ke atas tahun ini.
"Dorongan besar bagi semua negara di kawasan, termasuk Indonesia datang dari kebangkitan konsumsi dan investasi swasta," kata Kepala Ekonom Bank Dunia untuk regional Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo dalam media briefing, Selasa (27/9).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dan tahun depan diproyeksi masing-masing mencapai 5,1%. Perkiraan ini lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu sebesar 3,7%.
Proyeksi ekonomi ini jauh lebih baik dibandingkan nasib ekonomi terbesar di kawasan Asia, Cina yang diperkirakan melambat tahun ini. Bank Dunia memangkas prospek pertumbuhan ekonomi Cina dari ramalan pada April sebesar 5% menjadi 2,8%.
Outlook ekonomi Cina tahun ini, jatuh dari tahun lalu yang tumbuh hingga 8,1% dan mendekati level saat pandemi dengan pertumbuhan hanya 2,2%.
Sebagai negara terbesar, perlambatan di Cina tentu akan mempengaruhi negara lainnya termasuk Indonesia. Aaditya menyebut, dampaknya akan terlihat dari sisi ekspor dari negara-negara di kawasan yang turun seiring lesunya permintaan dari Cina.
"Namun Indonesia jauh lebih tidak tergantung pada permintaan ekspor dibandingkan negara-negara lain di kawasan seperti Vietnam dan Malaysia. Itu sebabnya saya mempertimbangkan semua faktor serta ruang kebijakan ekonomi makro Indonesia yang relatif mendukung," kata Aaditya.
Cina yang terkenal dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat juga diperkirakan hanya akan tumbuh 4,5% pada tahun depan. Ada dua tantangan yang menjadi faktor utama prospek ekonomi Cina, yakni dampak Covid-19 dan masalah real estate.
Dalam laporan terbarunya, Bank Dunia justru merevisi ke atas sejumlah prospek ekonomi negara kawasan sekalipun ekonomi Cina melambat. Prospek ekonomi Malaysia dinaikkan dari perkiraan bulan April yang tumbuh 5,5% menjadi 6,4% pada tahun ini. Pertumbuhan ekonomi Filipina dinaikkan 0,8 poin persentase menjadi 6,5%, Thailand 0,2 poin menjadi 3,1%, Vietnam 1,9 poin menjadi 7,2%, sementara Indonesia tidak berubah.
Namun, beberapa negara di kawasan yang direvisi ke atas tahun ini diperkirakan tumbuh melambat tahun depan saat Indonesia justru dipertahankan stagnan. Pertumbuhan Malaysia tahun depan diperkirakan 4,2%, Filipina 5,8% dan Vietnam 6,7%.