Nilai tukar rupiah melemah hingga menembus level Rp 15.200 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Analis memperkirakan rupiah berpotensi melemah hingga menembus level Rp 15.500 per dolar AS seiring langkah The Federeal Reserve yang kemungkinan masih akan agresif menaikkan bunga.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan rupiah hari ini masih terbebani sentimen kenaikan bunga The Fed. Ia melihat terbuka kemungkinan rupiah terus melemah dan menembus level psikologis baru di Rp 15.500 per dolar AS.
"Karena faktor-faktor pelemahan masih ada, terutama ekspektasi terhadap kebijakan The Fed," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (28/9).
Ia mengatakan, pasar juga mengkhawatirkan kenaikan inflasi domestik imbas kenaikan harga BBM. Baik Kementerian Keuangan maupun Bank Indonesia kompak meramalkan inflasi pada akhir tahun akan berada di atas 6%, dengan lonjakan mulai terlihat bulan ini.
Selain itu, pasar mengantisipasi perlambatan ekonomi di dalam negeri. Kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia bisa menahan masyarakat melakukan konsumsi.
Namun, berbagai data seperti neraca dagang dan neraca transaksi berjalan yang positif merupakan faktor pendukung penguatan rupiah. Surplus neraca transaksi berjalan meningkat pada kuartal II lalu, serta transaksi perdagangan yang melanjutkan surplus selama 28 beruntun sampai bulan lalu.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi juga memperkirakan rupiah masih akan melemah dalam beberapa hari ke depan. Apalagi, indeks dolar AS saat ini sudah menyentuh level 116.
"Rupiah saat ini di Rp 15.236 per dolar AS, ada kemungkinan rupiah dalam bulan ini tembus Rp 15.400 per dolar AS," ujarnya.