Temuan Bank Dunia menunjukkan, kenaikan harga-harga di dalam negeri beberapa bulan terakhir lebih membebani orang miskin ketimbang kelompok kaya. Ini karena mayoritas pengeluaran orang miskin untuk pangan dan bahan bakar yang kenaikan harganya paling signifikan beberapa bulan terakhir.
Bank Dunia menggunakan data inflasi Indonesia bulan Juli untuk membandingkan tekanan kenaikan harga berdasarkan kelompok rumah tangga. Hasilnya, 20% masyarakat terbawah mengalami inflasi yaitu 0,8 poin persentase lebih tinggi dibandingkan masyarakat 20% teratas.
"Karena inflasi sebagian besar didorong oleh harga pangan dan utilitas serta harga bahan bakar telah dikendalikan," dikutip dari laporan Bank Dunia, Jumat (30/9).
Bukan hanya di Indonesia, kondisi serupa juga terlihat di Vietnam dan Filipina. Penyebabnya, proporsi konsumsi untuk bahan makanan di kelompok rumah tangga miskin cenderung lebih besar dibandingkan rumah tangga kaya. Oleh karena itu, kelompok miskin lebih rentan terdampak kenaikan inflasi yang didorong kenaikan harga pangan.
Di Indonesia, separuh dari pengeluaran kelompok masyarakat 20% termiskin dihabiskan untuk membeli bahan makanan. Proporsi pengeluaran untuk membeli bahan makanan di kelompok 20% terkaya hanya 42%.
Kasusnya berbeda dengan Laos. Masyarakat 20% termiskin justru mengalami inflasi yang jauh lebih rendah dibandingkan kelompok terkaya. Ini karena petani miskin di negara tersebut menggantungkan kebutuhan bahan pangannya dari hasil pertaniannya sendiri. Hal ini membuat mereka lebih tidak terpengaruh sekalipun terjadi kenaikan harga.
Kenaikan harga-harga telah membebani masyarakat lewat penurunan daya beli. Simulasi Bank Dunia, inflasi di Indonesia lebih memukul daya beli kelompok miskin dibandingkan yang kaya. Kenaikan harga telah menyebabkan penurunan daya beli masyarakat 20% termiskin Indonesia sebesar 5,7%, lebih dalam 0,5 poin dibandingkan yang dialami oleh 20% terkaya.
Kesenjangan dampak inflasi terhadap daya beli di Indonesia lebih lebar dibandingkan lima negara lain yang disurvei, yakni Laos, Mongolia, Filipina, Thailand dan Vietnam. Di Vietnam misalnya, sekalipun inflasi yang dialami 20% termiskin lebih besar dibandingkan orang kaya, penurunan daya beli yang dialami dua kelompok tersebut sama besarnya. Di Mongolia, Laos dan Thailand, dampak penurunan daya beli pada kelompok kaya lebih besar dibandingkan orang miskin.
Kenaikan inflasi tentu juga mendorong penambahan angka kemiskinan. Bank Dunia memperkirakan angka kemiskinan bisa naik 3,4%.
Inflasi di Indonesia telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir meskipun sedikit turun ke 4,7% secara tahunan pada bulan lalu. Namun, Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada akhir tahun akan meningkat diatas 6% seiring kenaikan harga BBM mulai awal bulan ini.