Lembaga Akuntansi Global Ramal 7 Negara Ini Terancam Resesi, Ada RI?

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Suasana deretan gedung bertingkat di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (10/9/2019).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati
7/10/2022, 05.30 WIB

Salah satu raksasa lembaga akuntansi internasional KPMG mencatat sejumlah negara terancam resesi, mayoritas negara-negara maju di Amerika dan Eropa. Indonesia diramal masih akan tumbuh kuat tahun ini dengan kemungkinan melambat pada tahun depan dan masih tumbuh positif.

"Ketika inflasi meningkat memberi tekanan pada keuangan rumah tangga dan margin bisnis, serta menyebabkan bank sentral mengetatkan kebijakan moneter secara agresif, resesi sekali lagi semakin terlihat di banyak ekonomi dunia," Kepala Ekonom KPMG Inggris Yael Selfin dikutip dari laporannya, Kamis (6/10).

Inflasi didorong oleh gangguan rantai pasok, bantuan pemerintah, ketatnya pasar tenaga kerja dan lonjakan harga komoditas akibat perang di Ukraina. Inflasi melonjak jauh di atas target bank sentral di banyak negara.

Lonjakan harga-harga ini telah direspon bank sentral dengan kenaikan suku bunga yang makin agresif yang kemudian berimplikasi terhadap pelemahan ekonomi.

Proyeksi KPMG untuk pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini sebesar 2,7% dan akan melambat menjadi 1,9% pada tahun depan. Pertumbuhan yang lemah dapat menyebabkan inflasi tahun depan mendingin ke 4,7% dari rata-rata 7,6% pada tahun ini.

KPMG tidak memberi komentar spesifik terkait probabilitas resesi di dalam negeri. Namun, Indonesia diperkirakan tumbuh kuat tahun ini mencapai 5,7%. Prospek tahun depan akan melambat tetapi relatif masih tinggi mendekati 5%. Inflasi tahun ini diperkirakan mencapai 4,4% dan sedikit mendingin ke 4% tahun depan.

Namun KPMG memperkirakan sejumlah negara akan mengalami pelemahan ekonomi yang cukup dalam dengan resiko akan jatuh ke jurangan resesi, beberapa bahkan sudah mengalami resesi. Berikut daftarnya:

1. Amerika Serikat

Pertumbuhan ekonomi AS tahun ini diperkirakan hanya mencapai 1,5% setelah pulih cukup kuat tahun lalu. Ekonomi diramal terkontraksi 0,1% pada tahun depan. PDB riil telah terkontraksi selama dua kuartal pertama tahun ini, sebuah fenomena yang umumnya didefinisikan sebagai resesi. Namun KPMG melihat AS sampai dengan kuartal dua lalu belum resesi karena tenaga kerja telah pulih sepanjang paruh pertama tahun ini.

Meski demikian, ekonomi tahun depan akan menghadapi penurunan tajam memasuki zona negatif yang dikombinasikan dengan peningkatan angka pengangguran. Meski begitu, KPMG tidak secara tegas memperkirakan kapan AS akan benar-benar jatuh ke jurang resesi.

2. Kanada

Kanada diramal menghadapi resesi ringan pada awal tahun depan. Pertumbuhan ekonomi akan melambat tahun ini dan tahun depan, masing-masing 3,4% dan 1,3%. Seiring lesunya ekonomi, angka pengangguran akan meningkat sebesar 0,3 poin persentase pada tahun depan.

Risiko resesi terutama berasal dari dampak kenaikan suku bunga bank sentral serta efek rembetana jika negara AS dan Eropa melambat. Namun resesi akan relatif ringan karena beberapa faktor, pasar tenaga kerja tetap stabil, rumah tangga di Kanada juga masih memiliki tabungan yang tebal sehingga bisa menjaga konsumsi, serta berkah dari ekspor harga gas yang tinggi.

3. Jerman

Ekonomi terbesar di Eropa itu diramal tumbuh minus 0,5% tahun kedepan setelah tumbuh melambat 1,5% pada tahun ini. Angka pengangguran juga akan meningkat tipis tahun depan setelah perbaikan pada tahun ini.

Jerman telah berjuang dengan kenaikan harga yang diperkirakan mencapai 8% pada tahun ini. Namun diperkirakan sedikit mendingin ke 6,8% pada tahun depan seiring perlambatan ekonomi.

Perang di Ukraina memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap outlook perekonomian Jerman. "Tingginya harga energi dan kelangkaan gas membahayakan pertumbuhan ekonomi," kata Kepala Intelijen Bisnis/Pasar KPMG Jerman Ventzislav Kartchev.

4. Austria

Pertumbuhan positif menjadi baseline perkiraan ekonomi Austria, tapi risiko resesi bisa terjadi jika pasokan gas berhenti total. Pertumbuhan tahun ini diperkirakan mencapai 3,9% sebelum akhirnya mendekati stagnan dengan pertumbuhan hanya 0,3% pada tahun depan.

Negara di Eropa Tengah itu memiliki ketergantungan terhadap gas Rusia yang cukup besar, bahkan lebih besar dibandingkan Jerman. Kenaikan harga gas ini berkorelasi kuat terhadap kenaikan harga listrik yang sudah lebih dari 400% dibandingkan level tahun 2020. Dilema muncul, jika pemerintah memutuskan menjaga daya beli dengan memberi subsidi, maka kondisi fiskal akan memburuk. Inflasi di Australia diperkirakan mencapai 8,5% tahun ini dan mendingin ke 5,8% pada tahun depan.

"Risiko utama penurunan perkiraan pertumbuhan ekonomi berasal dari penghentian total pengiriman gas di musim gugur atau musim dingin, yang kemungkinan berakhir dengan resesi yang kuat pada tahun 2023 dan tingkat inflasi yang lebih tinggi daripada skenario utama," kata Kepala Ekonom KPMG Austria Stefan Fink.

5. Inggris

Bukan lagi resesi, KPMG menyebut ekonomi Inggris telah dirusak oleh stagflasi, yakni kombinasi pertumbuhan yang stagnan dengan inflasi yang meroket. Seperti diketahui, inflasi di Inggris sempat melampaui 10% pada Juli lalu dan diperkirakan masih mendekati 9% sampai akhir tahun.

Inflasi yang tinggi terutama didorong oleh kenaikan harga gas alam, termasuk lonjakan harga pangan, yang keduanya tidak lepas dari dampak perang Rusia dan Ukraina. Perekonomian Inggris akan jatuh ke zona kontraksi 0,2% pada tahun depan.

"Ekonomi mungkin sudah dalam resesi ringan, dengan pertumbuhan diperkirakan akan tetap negatif selama sisa tahun ini," kata Ekonom Senior KPMG Inggris Michal Stelmach.

6. Polandia

Negara di timur Eropa ini menjadi salah satu yang paling terdampak dari perang Rusia dan Ukraina. Risiko terjadinya resesi tahun ini meningkat seiring kenaikan harga batu bara yang menjadi komoditas penting di negara tersebut. Negara itu juga telah memblokir impor batu bara Rusia padahal substitusi dari komoditas ini di pasar sangat minim. Lonjakan harga batu bara di negara tersebut telah berkontribusi terhadap kontraksi PDB pada kuartal kedua lalu.

Polandia masih akan tumbuh positif 1,4% pada tahun depan, tetapi memang anjlok dari perkirana tahun ini yang akan tumbuh hingga 4,1%. Inflasi telah meroket dengan perkiraan mencapai 13,8% pada akhir tahun ini, dan tetap di atas 10% pada tahun depan.

7. Afrika Selatan

Ekonomi terbesar di Afrika itu diperkirakan tumbuh 1,8% pada tahun ini dan akan semakin melemah tahun depan ke 1,5%. Pelemahan ekonomi dipengaruhi tingkat suku bunga yang lebih tinggi serta pertumbuhan global yang juga lebih rendah. Inflasi di negara tersebut juga cukup tinggi mencapai 7,3% pada tahun ini dan mendingin pada tahun depan. Sementara angka pengangguran tahun depan akan naik lagi menjadi 34,7% setelah diperkirakan turun pada tahun ini.

"Afrika Selatan akan tetap berada dalam keadaan resesi pertumbuhan yang paradoks, di mana pertumbuhan yang lambat disertai dengan meningkatnya pengangguran kecuali beberapa dari hambatan pertumbuhan ditangani," kata Ketua Ekonom KPMG Afrika Selatan Frank Blackmore.

Reporter: Abdul Azis Said