Dana Moneter Internasional atau IMF memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global pada tahun depan dari 2,9% menjadi 2,7%. Meski ekonomi global diramal masih tumbuh, IMF memperkirakan memperkirakan sebanyak 31 negara akan masuk ke jurang resesi ekonomi pada tahun depan.
"Kontraksi dalam pada PDB riil yang berlangsung setidaknya selama dua kuartal berturut-turut oleh beberapa ekonom disebut sebagai resesi teknis, terlihat di beberapa titik selama 2022–2023. Ada sekitar 43% negara dengan perkiraan data kuartalan mengalaminya atau 31 dari 72 negara, lebih dari sepertiga PDB dunia," kata IMF dikutip dari laporannya, Rabu (12/10).
Jumlah negara yang akan mengalami resesi teknikal itu naik dua kali lipat dibandingkan perkiraan Juli. Saat rilis tiga bulan lalu, IMF memperkirakan negara yang akan mengalami resesi teknikal kurang dari 15% perekonomian dunia. Pada April, IMF memperkirakan resesi hanya terjadi di sekitar 5% ekonomi dunia.
Meski tidak semua negara mengalami kejatuhan ekonomi, IMF memperingatkan terjadi perlambatan ekonomi yang akan membuat banyak orang di dunia merasakannya seperti resesi. Ada tiga faktor yang mendorong perlambatan signifikan di banyak negara tahun ini dan tahun depan, yakni pengetatan pasar keuangan, perlambatan ekonomi Cina, serta efek rambatan dari perang Rusia dan Ukraina.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun ini sebesar 3,2%, tidak berubah dari perkiraan Juli lalu. Namun, outlook tahun depan akan lebih lambat dengan pertumbuhan hanya 2,7% atau lebih rendah 0,2 poin dibandingkan perkiraan sebelumnya.
IMF menyebut revisi negatif lebih menonjol untuk negara maju daripada pasar negara berkembang dan emerging market. Outlook pertumbuhan ekonomi negara maju dipangkas 0,1 poin tahun ini saat kelompok negara berkembang dan emerging market justru direvisi ke atas 0,1 poin dari perkiraan sebelumnya. Revisi outlook pertumbuhan tahun depan juga lebih dalam terjadi pada kelompok negara maju.
IMF tidak secara spesifik merinci negara mana saja yang akan masuk ke dalam jurang resesi teknikal. Meski demikian, beberapa negara berikut mencatatkan kinerja pertumbuhan yang turun dalam, baik tahun ini maupun tahun depan. Beberapa bahkan diperkirakan terkontraksi pada tahun depan.
Amerika Serikat
Ekonomi AS dipangkas hingga 0,7 poin pada tahun ini dengan perkiraan hanya tumbuh 1,6%. Ekonomi AS diperkirakan bahkan tidak akan tumbuh alias stagnan untuk basis kuartal empat 2021 ke kuartal empat tahun ini. Perekonomian akan melambat tahun depan dengan pertumbuhan hanya 1%.
"Penurunan pendapatan riil yang dapat dibelanjakan terus mengganggu permintaan konsumen, dan suku bunga yang lebih tinggi berdampak pada pengeluaran, terutama pengeluaran untuk investasi residensial," kata IMF.
Zona Euro
Kawasan euro ini diperkirakan akan tumbuh cukup kuat di 3,1% pada tahun ini, direvisi ke atas 0,5 poin dari perkiraan Juli. Namun perekonomian kawasan ini akan jatuh tahun depan dengan outlook hanya akan tumbuh 0,5%, dipangkas 0,7 poin. Pelemahan ini terutama berasal dari Jerman dan Italia yang diperkirakan akan terkontraksi pada tahun depan masing-masing 0,3% dan 0,2%. Ekonomi Perancis dan Spanyol juga akan melambat tahun depan meskipun masih akan tumbuh positif.
Pelemahan signifikan tahun depan mencerminkan efek limpahan dari perang di Ukraina. Revisi dalam dilakukan untuk negara-negara yang paling terpengaruh dampak pembatasan pasokan gas dari Rusia, serta kondisi keuangan yang semakin ketat.
Inggris
Ekonomi terbesar kelima di dunia ini diperkirakan turun tajam pada tahun depan dari perkiraan sebelumnya 3,6% menjadi hanya 0,3%. Inflasi tinggi akan mengurangi daya beli serta kebijakan moneter yang lebih ketat berdampak pada konsumsi dan investasi.
Mseki demikian, IMF menyebut perkiraan tersebut keluar sebelum Inggris resmi mengumumkan ekspansi fiskal baru-baru ini. Langkah tersebut diperkirakan bisa mengangkat pertumbuhan sedikit di atas perkiraan dalam waktu dekat tetapi akan memperumit masalah inflasi.
Cina
Prospek pertumbuhan ekonomi Cina tahun ini dipangkas 0,1 poin menjadi hanay 3,2%. IMF mencatat pertumbuhan ini akan menjadi yang terendah selama empat dekade terakhir. Adapun prospek tahun depan juga dipangkas lebih dalam menjadi 4,4%. Perlambatan ini terutama karena dua faktor, penyebaran Covid-19 dan kebijakan lockdown, serta krisis properti yang memburuk.
India
Proyeksi pertumbuhan India tahun ini dipangkas 0,6 poin, bahkan lebih dalam dibandingkan Cina maupun negara-negara utama lainnya yang tampaknya masih ada harapan untuk tahun ini. Ini karena perlambatan signifikan pada kuartal kedua lalu serta permintaan luar negeri yang lesu. Prospek pertumbuhan tahun depan melambat dibandingkan tahun ini menjadi 6,1%.