Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, tekanan harga atau inflasi global masih akan berlanjut pada tahun depan. Lembaga ini bahkan meramal inflasi di Indonesia akan lebih tinggi pada tahun depan mencapai 5,5%.
IMF memperkirakan inflasi di Indonesia pada tahun ini mencapai 4,6%, lebih terkendali dibandingkan inflasi global yang diperkirakan mencapai 8,8%. Namun, inflasi Indonesia pada tahun depan diperkirakan meningkat meski inflasi global diperkirakan melandai dan mencapai 6.5%.
Tekanan inflasi di Indonesia masih akan meningkat pada tahun depan sekalipun perekonomian diproyeksikan melambat. IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5% pada tahun depan, lebih rendah 0,2 poin dibandingkan perkiraan sebelumnya. Proyeksi ini juga melambat dibandingkan outlook tahun ini sebesar 5,3%.
IMF juga memperkirakan tekanan ekonomi global akan mempengaruhi neraca pembayaran Indonesia pada tahun depan. Neraca pembayaran diperkirakan turun dari proyeksi tahun ini sebesar 2,2% terhadap PDB menjadi 1,1% terhadap PDB.
Meski ekonomi melambat, IMF memperkirakan angka pengangguran di Indonesia masih akan menurun dari proyeksi tahun ini sebesar 5,5% menjadi 5,3%. Adapun angka proyeksi angka pengangguran tahun ini turun hingga 1% dibandingkan realisasi tahun lalu mencapai 6,5%.
IMF menyebut berbagai perkiraan kondisi ekonomi Indonesia tersebut berdasarkan beberapa asumsi lingkungan makro ekonomi. Dari sisi fiskal, IMF memperkirakan reformasi kebijakan dan administrasi perpajakan berjalan moderat, realisasi belanja dan peningkatan belanja modal secara gradual dalam jangka menengah. Kebijakan moneter diperkirakan sejalan dengan inflasi dalam kisaran target bank sentral dalam jangka menengah.
Adapun perlambatan ekonomi Indonesia tahun depan sejalan dengan ekonomi dunia yang juga diperkirakan makin lesu tahun depan. Pertumbuhan diperkirakan hanya 2,7%, sudah dipangkas 0,2 poin dari perkiraan awal. Perlambatan terlihat di hampir semua wilayah, dengan penurunan paling tajam di kelompok negara maju terutama Amerika Serikat dan Eropa.
"Lebih dari sepertiga ekonomi global akan terrkontraksi tahun ini atau tahun depan, sementara tiga ekonomi terbesar, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Cina, akan terus melambat," dikutip dari laporan Bank Dunia, Rabu (12/10).
Ekonomi dunia akan menghadapi tantangan yang curam, terutama bersumber dari tiga tantangan yang kuat. Ini antara lain karena perang Rusia dan Ukraina, krisis biaya hidup akibat meningkatnya tekanan inflasi, serta perlambatan ekonomi terbesar kedua dunia, Cina.
IMF menyebut perang di Ukraina yang tak berkseduhan masih mengangu stabilitas ekonomi dunia. Perang telah menyebabkan krisis energi yang parah di Eorpa, meningkatkan biaya hidup dan menghambat keonomi.
Harga gas di Eropa telah meningkat lebih dari empat kali lipat sejak tahun lalu karena Rusia memangkas ekspor menjadi 20% di bawah level tahun lalu. Hal ini memicu risiko kekurangan pasokan energi selama musim dingin berikutnya. Di samping itu, perang juga telah menyebabkan lonjakan pada sejumlah harga komoditas pangan dan membebani rumah tangga miskin di banyak negara.
"Kami memperkirakan inflasi global akan mencapai puncaknya pada akhir tahun 2022 tetapi akan tetap tinggi lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya, turun menjadi 4,1 persen pada tahun 2024," lata IMF
Prospek Ekonomi ASEAN
Perekonomian lima negara berkembang Asia Tenggara, Indonesia, Thailand, Vietnam Filipina dan Malaysia, akan melambat tahun depan. Pertumbuhan diperkirakan sebesar 4,9%, dipangkas 0,2 point dibandingkan perkiraan sebelumnya dan melabata dari perkiraan pertumbuhan 5,3% pada tahun ini.
Perlambatan terutama terimbas oleh kondisi eksternal yang kurang menguntungkan, Ekonomi mitra dagang utama kawasan, Cina, AS dan Eropa melambat. Di sisi lain, kawasan juga menghadapi tantangan kenaikan inflasi. Daya beli rumah tanga tertekan oleh kenaikan harga pangan dan energi serta pengetatan moneter.
Ekonomi Vietnam, FIlipina dan Malaysia juga diprediksi melambat tahun depan. Sebaliknya, Thailand diperkirakan akan menguat tahun depan. Sementara tekanan inflasi di semua negara akan meningkat tahun ini dibandingkan tahun lalu, tetapi mayoritas, terutama Thailand, Filipina dan Malaysia akan melihat adanya penurunan inflasi pada tahun depan.