Luhut Ingatkan Ancaman Perang Nuklir, Ketidakpastian Ekonomi Meningkat
Perang Rusia-Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan bahwa perang tersebut diperkirakan masih akan berlangsung lama.
"Saya berbicara dengan berbagai pihak yang ada di Amerika maupun di Eropa, mereka juga punya prediksi yang sama (bahwa perang masih lama). Kalau kita lihat bagaimana Rusia memborbardir dengan menembak kota-kota di Ukraina lagi, itu akan mengubah keadaan tidak bagus," ujarnya dalam paparan BNI Investor Daily Summit di Jakarta, Rabu (12/10).
Dia mengatakan, perang mengakibatkan ketidakpastian ekonomi. Hal itu juga akan berdampak pada pasokan pangan dunia.
Luhut mengatakan, perang yang tidak berakhir juga menyebabkan ancaman nuklir makin nyata. Oleh sebab itu, Indonesia perlu waspada
"Jadi kita harus aware, di luar bisa terjadi macam-macam," ujarnya.
Luhut mengatakan, Indonesia perlu membuat perencanaan untuk menghadapi ancaman tersebut, termasuk terhadap paoskan pangan dan energi.
"Kalo kita lihat, harga minyak mentah naik lagi mendekati US$ 100 dolar, tapi harga komoditi yang menjadi andalan ekspor kita mulai turun lagi. Ini harus kita amati, kalo nuklir terjadi bisa berdampak pada lain-lain," katanya.
Presiden Jokowi Instruksikan stress test
Luhut mengatakan, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan jajarannya untuk melakukan stress test terhadap kemungkinan krisis ekonomi yang terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Hal itu dilakukan untuk mengetahui ketahanan ekonomi Indonesia.
"Ya dicek kalo ada skenario begini, skenario begini, apa yang terjadi? Gimana ekonomi kita, masih bisa gak?" ujarnya.
Dia mengatakan, Indonesia saat ini masih berada dalam posisi yang baik. Namun Indonesia harus waspada karena ketidakpastian ekonomi sangat tinggi.
"Kemarin ibu Menteri Keuangan sudah menyampaikan bahwa saat ini sudah ada 28 negara yg antre masuk di IMF. Kita jauh dari itu. Kita mugkin salah satu negara yg terbaik pd hari ini, tapi sekali lagi, kita tidak boleh jumawa di situ. Karena ya apa saja dalam enam bulan ini bisa terjadi," tutur Luhut.
Dalam laporan World Economic Outlook edisi Oktober 2022, International Monetary Fund (IMF) memprediksi ekonomi global akan merosot sampai tahun depan.
"Perekonomian global menghadapi banyak gejolak. Inflasi lebih tinggi dari beberapa dekade lalu, terjadi pengetatan keuangan di banyak wilayah, invasi Rusia ke Ukraina, dan dampak pandemi Covid-19 yang berkepanjangan," papar IMF.
Pertumbuhan ekonomi global diramal melambat dari 6% pada tahun 2021 menjadi 3,2% pada tahun 2022. Sementara pertumbuhan ekonomi pada 2023 diprediksi mencapai 2,7%.