Nilai tukar rupiah dibuka melemah 41 poin ke level Rp 15.468 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pelemahan kurs garuda terimbas ekspektasi bunga The Fed yang menambah kekhawatiran resesi. Adapun laporan data meraca dagang hari ini diharapkan bisa menahan pelemahan.
Dikutip dari Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke Rp 15.470 pada pukul 09.20 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan akhir pekan lalu di Rp 15.427 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia lainnya juga melemah. Dolar Taiwan anjlok 0,26% bersama won Korea Selatan 0,56%, peso Filipina 0,08%, rupee India 0,01%, yuan Cina 0,03% dan ringgit Malaysia 0,21%. Sebaliknya, baht Thailand dan yen Jepang menguat masing-masing 0,56% dan 0,05%.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah kembali tertekan hari ini jelang rilis data neraca dagang September. Rupiah diperkirakan terkoreksi ke Rp 15.500, dengan potensi penguatan di kisaran Rp Rp 15.380 per dolar AS.
Pelemahan rupiah hari ini masih dipengaruhi ekspektasi suku bunga The Fed dan kekhawatiran resesi ekonomi dunia.
"Ekspektasi pasar terhadap kebijakan kenaikan suku bunga the Fed yang agresif di tahun ini masih tinggi," kata Ariston dalam risetnya, Senin (17/10).
Ekspektasi kenaikan bunga The Fed yang agresif masih bertahan di pasar. Hal ini diperkuat oleh rilis data inflasi konsumen AS bulan September yang masih tinggi di atas 8% secara tahunan.
Berdasarkan alat pemantauan CME FedWatch juga menunjukkan ekspektasi kenaikan bunga The Fed 75 bps masih mendominasi pasar. Probabilitas kenaikan 75 bps pada pertemuan awal bulan depan sebesar 96% , dari pekan lalu masih di kisaran 81%. Tingkat yield alias imbal hasil obligasi pemerintah AS terutama tenor 10 tahun juga sudah kembali naik ke kisaran 4%.
"Kenaikan yield obligasi ini juga mengindikasikan ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan the Fed selanjutnya," kata Ariston.
Pelemahan rupiah juga akibat kekhawatiran pasar terhadap resesi. IMF merilis laporan soal perlambatan ekonomi dunia dan potensi gagal bayar beberapa negara. Laporan ini menambah kekhawatiran pasar soal resesi global yang bisa mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko untuk kemudian masuk ke aset aman.
Dari dalam negeri, pasar akan menantikan rilis data neraca perdagangan September siang ini. Pelemahan rupiah hari ini mungkin bisa terbatas jika surplus neraca dagang di atas ekspektasi pasar US$ 4,84 miliar.
Analis DCFX Lukman Leong juga memperkirakan rupiah akan melemah oleh sentimen risk off di pasar dan penguatan dolar AS. Dari domestik, rilis data neraca perdagangan yang diperkirakan surplus sebesar hampir US$ 5 miliar bisa sedikit mendukung rupiah. Rupiah akan diperdagangkan di rentang Rp 15.400 - Rp 15.500 per dolar AS.