Bank Indonesia merevisi perkiraan inflasi tahun ini menjadi lebih rendah dari ramalan sebelumnya. Pemangkasan proyeksi ini seiring dampak kenaikan harga BBM yang tidak setinggi perkiraan awal bank sentral.
"Kami memperkirakan inflasi masih akan meningkat pada akhir tahun ini, tetapi lebih rendah dari perkiraan semula 6,6%-6,7% menjadi 6,3%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam webinar Pusat Penelitian dan Badan Keahlian DPR, Rabu (19/10).
Perry menyebut, dampak kenaikan harga BBM terhadap kenaikan inflasi secara keseluruhan tidak setinggi perkiraan awal. Ini karena saat harga bahan bakar naik, harga pangan bisa dikendalikan. Realisasi inflasi pada September yang mencapai 5,95% secara tahunan, lebih rendah dari perkiraan awal yang melonjak ke 6,2%.
Menurut Perry, koordinasi yang erat antara bank sentral dengan pemerintah berhasil meminimalisasikan efek rambatan kenaikan harga BBM terhadap kenaikan harga bahan pangan. Upaya yang dilakukan lewat koordinasi tim pengendali inflasi pusat dan daerah (TPIP/TPID) serta insentif fiskal yang digelontorkan kepada daerah berhasil mengendalikan inflasi pangan.
Bank Indonesia juga memangkas proyeksi inti dari 4,6% menjadi 4,3%. Adapun inflasi inti mencerminkan kenaikan harga-harga yang lebih didorong oleh kenaikan permintaan dan tidak menghitung kenaikan harga energi dan harga pangan yang bergejolak.
"Inflasi inti puncaknya 4,3% sekitar Desember, Januari dan Februari, kemudian akan menurun," kata Perry.
BI melihat inflasi secara keseluruhan akan berangsur turun pada tahun depan dan ditargetkan bisa kembali ke bawah 4% pada kuartal ketiga 2022. Inflasi ditargetkan berada di rentang 3,5%-3,6% pada kuartal ketiga tahun depan dan sekitar 3% pada akhir 2023.
Kenaikan suku bunga yang sudah dimulai sejak Agustus lalu menjadi salah satu senjata untuk memastikan inflasi bisa turun pada tahun depan. Suku bunga acuan sudah dinaikkan 75 bps selama dua pertemuan terakhir.
Dalam hitung-hitungan Kementerian Keuangan sebelumnya, inflasi pada akhir tahun akan mencapai 6,3%-6,7%. Perkiraan ini lebih tinggi dibandingkan perhitungan inflasi jika tidak ada kenaikan harga BBM sebesar 3,5%-4,5%. Namun, perhitungan ini dibuat sebelum keluarnya data inflasi pada bulan lalu.
BPS mencatat inflasi September melonjak 5,95% secara tahunan pada bulan lalu imbas kenaikan harga BBM. Kenaikan inflasi ini merupakan yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Inflasi secara bulanan melonak 1,17% yang merupakan rekor tertinggi sejak Desember 2014.