Rupiah Jatuh Nyaris Tembus 15.600/US$ saat Bunga BI Sudah Naik 0,5%

ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc.
Ilustrasi. Kenaikan bunga BI 50 bps kemarin tak mampu mengangkat rupiah hari ini.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
21/10/2022, 09.53 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka melemah sembilan poin ke level Rp 15.581 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Rupiah tetap tak berdaya sekalipun Bank Indonesia kemarin kembali mengumumkan kenaikan suku bunga acuan 0,5%. 

Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke arah Rp 15.592 pada pukul 09.50 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin di Rp 15.572 per dolar AS.

Mayoritas mata uang Asia lainnya terkoreksi terhadap dolar AS pagi ini. Yen Jepang melemah 0,07% bersama dolar Taiwan dan won Korea Selatan 0,28%, dolar Singapura 0,13%, peso Filipina 0,01%, yuan Cina 0,44%, ringgit Malaysia 0,18% dan baht Thailand 0,32%. Sebaliknya, rupee India satu-satunya yang menguat yakn 0,32%, sedangkan dolar Hong Kong stagnan.

Direktur Eksekutif PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan kembali tertekan hari ini. Kurs rupiah tetap akan terkoreksi sekalipun bank Indonesia mengumumkan kenaikan suku bunga lagi sebesar 0,5% kemarin.

"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif pada perdagangan hari ini tetapi akan ditutup melemah di rentang Rp 15.500-Rp 15.600 per dolar AS," kata Ibrahim dalam risetnya dikutip Jumat (21/10).

Kenaikan bunga BI 50 bps kemarin tak mampu mengangkat rupiah. Pelemahan rupiah kemarin menandai kenaikan suku bunga selama tiga bulan beruntun dengan total kenaikan 125 bps. Suku bunga acuan kini berada di level 4,75%.

Ibrahim mengatakan, depresiasi rupiah saat ini bukan mencerminkan pelemahan karena kondisi fundamental tetapi didominasi sentimen eksternal. Dolar terus menguat di tengah perhatian pasar tertuju pada sentimen terbaru kenaikan suku bunga The Fed. 

"Pejabat The Fed juga melanjutkan retorika hawkish mereka, Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bahwa permintaan pasar kerja AS tetap kuat dan tekanan inflasi mungkin belum mencapai puncaknya," kata Ibrahim.

The Fed dijadwalkan kembali menggelar pertemuan pembuat kebijakan awal pekan depan. Mayoritas pasar berekspektasi kenaikan suku bunga 75 bps akan kembali diambil.

Reporter: Abdul Azis Said