Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan kondisi stabilitas sistem keuangan pada kuartal ketiga tahun ini masih terjaga di tengah meningkatnya tekanan perekonomian global. Meski demikian, KSSK mewaspadai perkembangan ekonomi global guna menyiapkan respons kebijakan yang tepat.
"Menteri Keuangan, Gubernur BI, Ketua OJK, dan Ketua LPS dalam rapat berkala kuartal keempat pada Kamis (27/10) berkomitmen menjaga stabilitas sistem keuangan dengan memperkuat koordinasi dan terus mewaspadai risiko ekonomi global untuk menyiapkan respons kebijakan," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK, Kamis (3/11).
Ia menjelaskan, kinerja perekonomian global melambat dengan risiko ketidakpastian yang semakin tinggi. Perlambatan ekonomi terjadi di negara maju, terutama Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok. Hal ini antara lain tercermin dari angka Purchasing Manufacturing Index (PMI) yang masuk ke zona kontraksi pada level 49,8.
"Perlambatan ini dipengaruhi oleh berlanjutnya ketegangan geopolitik dan perang di Ukraina yang memicu inflasi tinggi, fragmentasi global perdagangan dan investasi, serta dampak kebijakan moneter yang lebih agresif," ujar dia.
Ia menjelaskan, kenaikan suku bunga The Fed yang lebih tinggi mendorong penguatan dolar AS dan depresiasi nilai tukar di berbagai negara, terutama Indonesia.
Di sisi lain, menurut dia, perbaikan ekonomi domestik masih terus berlanjut didorong oleh peningkatan permintaan di tengah kenaikan inflasi dan kinerja ekspor yang terjaga. PMI manufaktur Indonesia pada Oktober 2022 masih berada di zona ekspansif di level 51,8, lebih rendah dibandingkan September 2022 sebesar 53,7.
Indeks penjualan riil pada September 2022 juga berhasil tumbuh 5,5% secara tahunan. Indeks keyakinan konsumen (IKK) menunjukkan persepsi konsumen yang ekspansif yakni sebesar 117,2 meski turun dibandingkan bulan sebelumnya 128,2.
"Ini adalah dampak penyesuaian harga bbm yang meimbulkan kenaikan harga," kata Sri Mulyani.
Perbaikan ekonomi nasional, menurut dia, juga terlihat dari kinerja ekonomi berdasarkan lapangan usaha utama, yakni perdagangan, pertambangan, pertanian. Permintaan konsumen masih kuat, ekspor masih baik, demikian pula dengan sisi suplai.
"Inflasi pada Oktober sebesar 5,71% lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya maupun perkiraan awal pemerintah saat akan menyesuaikan harga BBM," ujarnya.
Ia juga memastikan peranan APBN akan terus ditingkatkan sebagai shock absorber karena berbagai guncangan yang berasal dari ekonomi global terus berlanjut. Namun, ia memastikan ini akan dilakukan secara hati-hati.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, BI akan terus memperkuat bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan momentum perekonomian moneter. Kebijakan moneter difokuskan pada stabilitas atau pro-stability.
"Kebijakan moneter difokuskan untuk menjadi penahan kejutan dari dampak ketidakpastian global, sedangkan instrumen kebijakan lain diarahkan untuk mendukung pemulihan ekonomi," kata dia,
BI telah menaikkan 1,25% menjadi 4,75% sepanjang tahun ini untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang terlalu tinggi dan memastikan inflasi ke kisaran target 2% hingga 4% lebih awal dari target. Kebijakan suku bunga juga untuk memperkuat stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian global.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan intermediasi industri jasa keuangan tumbuh seiring kinerja ekonomi nasional. Hingga September 2023, kredit perbankan tumbuh 11% secara tahunan, terutama didorong oleh kredit modal kerja dan debitur korporasi. Sementara itu dana pihak ketiga tumbuh 6,67% didorong oleh giro dan tabungan.
"Penyaluran pembiayaan perusahaan pembiayaan juga melanjutkan tren positif, begitu juga dengan industri asuransi dan pasar modal," kata dia.
Penyaluran pembiayaan tumbuh 10,68% per September, didukung pembiayaan modal kerja dan investasi. Premi industri asuransi meningkat Rp 23,7 triliun, terdiri dari asuransi jiwa Rp 14,6 triliun dan asuransi umum Rp 9,1 triliun.
"Hingga 25 Oktober 2022 perhimpunan di pasar modal Rp 190,8 triliun dengan tambahan 48 emiten baru," kata dia.