BI Pangkas Ramalan Inflasi Tahun Ini, Efek Harga BBM Terkendali

ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
3/11/2022, 16.00 WIB

Bank Indonesia memperkirakan inflasi Indonesia pada akhir tahun ini akan berada di bawah 6,3%. Bank sentral sudah dua kali merevisi perkiraan inflasinya seiring dampak kenaikan harga BBM yang rupanya tak sebesar perkiraan awal, serta efek penurunan harga komoditas pangan.

BI sebelumnya memperkirakan kenaikan harga BBM akan mengerek inflasi pada akhir tahun mencapai 6,6%. Perkiraan itu kemudian direvisi menjadi 6,3% seiring efek BBM yang tak sebesar yang diperkirakan.

"Melihat realisasi Oktober, akhir tahun ini bahkan bisa lebih rendah dari 6,3%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (3/11).

Inflasi secara keseluruhan pada Oktober sebesar 5,7% secara tahunan, di bawah antisipasi BI yakni mencapai 6,1%. Realisasi inflasi September sebesar 5,95% juga jauh di bawah perkiraan awal akan melonjak hingga 6,2%.

Realisasi inflasi inti pada bulan lalu juga lebih rendah, yakni 3,3% dari diperkirakan mencapai 3,7% secara tahunan. Dengan demikian, inflasi inti pada akhir tahun ini kemungkinan berada di bawah perkiraan sebelumnya 4,3%.

Perry menyebut, realisasi inflasi di bawah perkiraan itu karena harga pangan menurun. Sejumlah harga bahan makanan seperti cabai, telur ayam, daging ayam ras hingga cabai rawit mencatatkan deflasi secara bulanan.

Koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah, kata Perry, menjadi penyebab kesuksesan pengendalian inflasi. Pusat dan daerah bisa mengendalikan distribusi pangan sehingga harganya bisa ditekan. Ia juga mengapresiasi langkah Menteri Keuangan Sri Mulyani menyediakan insentif fiskal bagi pemerintah daerah yang bisa mengendalikan inflasinya.

"Dampak putaran kedua atau bahkan ketiga dari penyesuaian harga BBM terhadap inflasi itu lebih rendah, termasuk terhadap inflasi secara keseluruhan maupun inflasi inti," kata Perry.

Perry mengklaim inflasi yang tidak melonjak juga terjadi berkat nilai tukar yang terjaga. Rupiah sudah anjlok terhadap dolar AS, tetapi tidak sedalam yang terjadi di negara lain. Bank sentral terus melakukan stabilisasi nilai tukar lewat operasi moneter agar koreksi rupiah tidak semakin dalam. Rupiah yang terjaga bisa mengurangi risiko inflasi yang berasal dari impor alias imported inflation.

BI menargetkan tekanan inflasi akan menurun pada tahun depan. Inflasi inti ditargetkan turun ke bawah 4% pada paruh pertama tahun depan. Inflasi secara keseluruhan ditargetkan turun ke bawah 4% pada paruh kedua. Upaya yang dilakukan dengan menaikkan suku bunga sedari dini. Bunga acuan BI sudah dinaikkan 125 bps dalam tiga pertemuannya terakhir.

Reporter: Abdul Azis Said