Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Diramal Capai 5,6%, Ini Penopangnya

ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/wsj.
Truk pengangkut peti kemas beroperasi di Terminal Peti Kemas, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (3/9/2022).
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lavinda
4/11/2022, 07.26 WIB

PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2022 akan mencapai 5,6%. Proyeksi ini lebih tinggi dari periode kuartal kedua kemarin yang tumbuh 5,44%.

Senior Economist Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto mengatakan, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tersebut ditopang oleh surplus neraca perdagangan pada periode Januari hingga September 2022 yang tinggi, yakni mencapai US$39,9 miliar. Pada tahun sebelumnya, neraca perdagangan tercatat US$ 35,4 miliar.

Pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh kinerja Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) periode Januari-September 2022 yang mencatatkan surplus Rp 60,9 triliun.

Secara akumulatif, pertumbuhan PDB Indonesia sepanjang 2022 diperkirakan akan mencapai 5,08%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi tahun lalu, 3,69%. Menurut Rully, salah satu pendukung pemulihan ekonomi adalah mobilitas masyarakat yang terus meningkat.

“Kami memperkirakan pemulihan ekonomi nasional berlanjut tahun ini, yang didukung mobilitas masyarakat dan konsumsi rumah tangga yang terus meningkat, terkendalinya pandemi Covid 19, serta pertumbuhan ekspor yang sangat tinggi,” ujar Rully dalam media day Mirae Asset Sekuritas, Kamis (3/11).

Rully berharap perbaikan ekonomi domestik dan tingginya surplus neraca perdagangan dapat menopang pergerakan nilai tukar rupiah yang sempat mencapai Rp 15.600 per dolar AS, dan tekanan terhadap harga obligasi pemerintah. Turunnya harga obligasi tersebut memicu kenaikan tingkat imbal hasil (yield) di pasar sekunder.

Menurut dia, tekanan pada nilai tukar rupiah dan pasar obligasi disebabkan oleh naiknya suku bunga kebijakan AS atau Federal Funds Rate (FFR) yang cukup agresif tahun ini, yakni mencapai 300 bps menjadi 3,25% hingga September. 

Dia mengatakan, kenaikan suku bunga acuan tersebut juga terjadi di dalam negeri, di mana Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan, BI-7DRRR sebesar 125 bps hingga level 4,75% demi menyikapi tingginya laju inflasi. Inflasi September dibukukan mencapai 5,95%, tertinggi sejak Oktober 2015, setelah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada awal September lalu. 

“Kami memprediksi FFR dapat naik lagi hingga 4,5% pada akhir tahun. Di dalam negeri, kami memprediksi inflasi periode 2022 akan mencapai 7,13% sehingga BI 7-DRR dapat naik lagi 25 bps pada bulan ini menjadi 5% dari posisi sekarang 4,75%.” tutup Rully.

Reporter: Zahwa Madjid