Ramai PHK, BPS Catat Angka Pengangguran Turun Jadi 8,42 Juta Orang

ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/nym.
Ilustrasi. BPS mencatat kondisi pemulihan ekonomi juga mendorong meningkatnya tingkat partisipasi tenaga kerja. Angkanya mencapai 68,83% pada Agustus 2022, tertinggi sejak 1986.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
7/11/2022, 12.07 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka pengangguran pada Agustus 2022 mencapai 8.42 juta orang, berkurang 680 ribu orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, jumlah pengangguran bertambah sekitar 20 ribu orang dibandingkan Februari 2022 yang mencapai 8,4 juta orang. 

Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, perekonomian yang mulai pulih dan menguat mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 4,25 juta orang. Adapun terdapat penambahan angkatan kerja sebanyak 3,57 juta orang pada Agustus 2022. 

"Tidak semua angkatan kerja mampu diserap, sehingga sebagian masih menjadi pengangguran," ujar Margo dalam Konferensi Pers, Senin (7/11). 

Ia menjelaskan, tingkat tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2022 mencapai 5,86%. Angka ini turun dibandingkan Agustus 2021 sebesar 6,9%, tetapi naik dibandingkan Februari 2022 sebesar 5,83%. 

"Kalau dilihat dari grafik, penurunan TPT secara tahunan ini konsisten terjadi baik pada penduduk laki-laki maupun perempuan maupun jika dilihat dari desa maupun kota," kata dia. 

Ia menjelaskan, kondisi pemulihan ekonomi juga mendorong meningkatnya tingkat partisipasi tenaga kerja. Angkanya mencapai 68,83% pada Agustus 2022, tertinggi sejak 1986. 

"Kalau dilihat dari dari laki-laku maupun perempuan, tingkat partipais angkatan kerja (TPAK) baik laki-laki, perempuan sama-sama meningkat," katanya. 

Data ketenagakerjaan yang membaik secara tahunan terjadi di tengah ramainya kasus pemutusan hubungan kerja (PHK), terutama di industri tekstil. Kementerian Keuangan sempat mengaku bingung melihat fenomena tersebut karena kinerja sektor ini dianggap masih kuat. 

Menurut Kemenkeu, industri tekstil masih menunjukkan pertumbuhan di atas manufaktur secara keseluruhan Belum lagi kinerja korporasi secara umum di dalam negeri juga dinilai masih kuat sejalan dengan tren pertumbuhan ekonomi yang stabil. 

"Pendapatan penjualan industri tekstil tumbuh di atas 10% sementara total industri manufaktur secara keseluruhan hanya sekitar 5%. Jadi agak membingungkan kalau terjadi PHK," kata Plt. Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Abdurohman dalam media briefing di Bogor, Jumat (4/11).

Kinerja keuangan yang positif pada sektor tekstil tersebut tidak lepas dari kinerja moncer ekspor berbagai produk pakaian dan alas kaki. Catatan Kemenkeu, ekspor tekstil baik untuk jenis pakaian dan aksesori serta ekspor alas kaki masih tumbuh kuat.