Penjualan Retail Oktober Tumbuh 4,5%, Ekspektasi Inflasi Meningkat
Survei Bank Indonesia memperkirakan kinerja penjualan eceran atau retail pada Oktober kembali tumbuh positif sebesar 4,51% secara tahunan. Respondens berekspektasi bahwa tekanan harga akan meningkat pada akhir tahun ini dan akhir kuartal pertama tahun depan.
Indeks penjualan eceran pada Oktober tetap kuat yang tercermin dari indeks penjualan riil (IPR) sebesar 204,3 poin, naik 4,5% dibandingkan tahun lalu dan kenaikam 3,1% dibandingkan bulan sebelumnya.
"Tetap kuatnya penjualan eceran terutama didukung oleh peningkatan penjualan kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta perbaikan pada kelompok peralatan informasi dan komunikasi," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangannya, Rabu (9/11).
Penjualan makanan, minuman dan tembakau tumbuh 8,6% dibandingkan tahun lalu, kenaikan secara tahunan yang lebih besar dibandingkan bulan sebelumnya. Penjualan peralatan informasi dan komunikasi masih terkontraksi dari tahun lalu, tetapi tidak sedalam bulan sebelumnya.
Pertumbuhan penjualan retail terjadi di beberapa kota, dengan kenaikan paling besar di Medan sebesar 20% dan Jakarta 4,1%.
Kinerja penjualan ritel sepanjang kuartal ketiga lalu juga tumbuh positif 5,2%, relatif stabil dibandingkan kuartal sebelumnya. Peningkatan penjualan terutama untuk barang sandang, bahan bakar kendaraan bermotor, barang budaya dan rekreasi serta suku cadang dan aksesori.
Penjualan peralatan informasi dan komunikais masih terkontraski cukup dalam sepanjang kuartal ketiga lalu. Penjualan makanan, minuman dan tembakau juga melambat sebelum akhirnya kembali menguat memasuki kuartal empat.
Survei BI memperkirakan penjualan ritel le depan masih akan meningkat, terutama tiga dan enam bulan ke depan.
"Peningkatan penjualan eceran Desember 2022 dan Maret 2023 didorong perayaan keagamaan (HBKN Natal) dan periode Ramadan, sehingga mendorong permintaan, di tengah kelancaran distribusi barang dan strategi program promosi responden," kata Erwin.
Dari sisi harga, responden berekspektasi tekanan inflasi pada Desember 2022 dan Maret 2023 akan meningkat. Kenaikan harga ini sejalan dengan penjualan ritel yang juga meningkat.
"Responden menginformasikan peningkatan didorong kenaikan harga bahan baku serta pola historis saat HBKN Natal dan bulan Ramadan," kata Erwin.