Kementerian Keuangan mencatat, utang pemerintah hingga akhir Oktober 2022 mencapai Rp 7.496,7 triliun, bertambah Rp 76,2 triliun dibandingkan bulan sebelumnya. Asing menyumbang lebih dari separuh kenaikan utang tersebut.
"Peningkatan tersebut masih dalam batas aman, wajar, serta terkendali diiringi dengan diversifikasi portofolio yang optimal.," kata Menkeu dikutip dari buku APBN KiTA edisi November 2022 dikutip Senin (28/11).
Pemerintah mengkategorisasi utang berdasarkan dua jenis, yakni utang berbentuk Surat Berharga Negara (SBN) dan pinjaman. Mayoritas dari utang pemerintah merupakan SBN yang mencakup 88,97% dari total utang atau sebesar Rp 6.670,13 triliun. Utang berbentuk SBN bertambah Rp 62,65 triliun dalam sebulan, lebih dari separuhnya berasal dari SBN valuta asing.
Sementara itu, posisi pinjaman pemerintah pada akhir Oktober sebesar Rp 826,57 triliu, bertambah Rp 13,6 triliun dalam sebulan. Sebagian besar juga disumbangkan oleh kenaikan pinjaman luar negeri bilateral, multilateral dan juga dari bank komersial.
Meski kenaikan bulan lalu lebih didorong utang dari asing, total utang pemerintah masih didominasi oleh mata uang lokal yang mencakup 70,54%. Kemenkeu menyebut, kondisi ini memberikan keuntungan bagi pemerintah dalam menghadapi volatilitas yang tinggi pada mata uang asing dan dampaknya terhadap pembayaran kewajiban utang luar negeri.
Mayoritas dari pemegang utang SBN pemerintah saat ini berasal dari perbankan dan Bank Indonesia. Kepemilikan investor asing terus menyusut sejak akhir 2019 yang mencapai 38,57%, hingga 14 Oktober 2022 tersisa 14%.
"Dengan strategi utang yang memprioritaskan penerbitan dalam mata uang rupiah, porsi utang dengan mata uang asing ke depan diperkirakan akan terus menurun dan risiko nilai tukar dapat makin terjaga," kata Kemenkeu.
Kementerian Keuangan juga melaporkan, realisasi pembiayaan utang sudah mencapai Rp 506,03 triliun sampai dengan akhir bulan lalu. Hal ini terdiri atas penerbitan SBN secara neto sebesar Rp 500,3 triliun, serta penarikan pinjaman secara neto sebesar Rp 5,73 triliun.
Realisasi pembiayaan utang tersebut turun 22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan terutama pada penerbitan SBN, sementara penarikan pinjaman naik. Realisasi pembiayaan utang tersebut juga masih sekitar separuh dari target tahun ini.