Bank Dunia melihat ada berbagai hal positif yang menopang ekonomi Indonesia sehingga menjadikan Indonesia salah satu calon 'superstar' di kawasan. Meski demikian, lembaga itu juga memberikan sejumlah catatan yang perlu menjadi perbaikan bagi pemerintah.
Hal ini karena Indonesia memiliki kebijakan ekonomi makro yang relatif stabil. RI juga dianggap jadi negara yang rajin melakukan reformasi struktural.
"Beberapa negara yang terlintas di benak saya adalah Indonesia dan Filipina," kata Practice Manager Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Lars Christian Moller dalam acara The 11th Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED), Nusa Dua, Bali, Selasa (6/12).
Ia melihat kebijakan makro ekonomi Indonesia sangat stabil. Pemerintah Indonesia dinilai telah melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam mengelola pandemi. Dari sisi fiskal juga kredibel, terlihat dari defisit anggaran yang ditargetkan turun di bawah 3% mulai tahun depan setelah tiga tahun diperbolehkan melebar di atas 3%,
Pengelolaan ekonomi secara keseluruhan dinilai sangat bagus. Inflasi menurutnya relatif rendah dan pertumbuhan ekonomi juga moderat di level 5%.
Moller juga memuji pemerintah yang telah menjalankan reformasi struktural. Salah satu reformasi yang paling penting menurutnya yakni reformasi investasi, utamanya terhadap pembukaan investasi asing langsung.
Bank Dunia memperkirakan reformasi di sektor investasi asing itu bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi 0,2% dalam jangka panjang. Dampak tersebut dinilai cukup signifikan untuk satu bentuk reformasi saja.
"Jadi Indonesia tentunya mengejutkan, karena dalam konteks ini sulit untuk melakukan reformasi yang cukup banyak, baik dari sisi fiskal maupun dari sisi kebijakan struktural," ujarnya.
Pemimpin Ekonom Kantor Riset Makro Ekonomi ASEAN+3 (AMRO) Seung Hyun Hong melihat sebetulnya setiap negara di ASEAN memiliki keunikannya masing-masing yang bisa menjadikan mereka superstar. Khusus Indonesia, ia memuji komitmen pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam hal perubahan iklim.
"Indonesia, seperti yang saya sebutkan, mereka bisa menarik pembiayaan yang besar untuk perubahan iklim. Jadi Indonesia adalah super star untuk hal itu (perubahan iklim)," ujar Hong dalam acara yang sama dengan Moller.
Pekerjaan Rumah Indonesia
Namun RI masih perlu berbenah sekalipun dipuji karena keberhasilannya menjaga kondisi makro ekonomi, reformasi struktural hingga komitmen pada perubahan iklim. Moller mengungkapkan ada beberapa pekerjaan rumah yang masih perlu dikerjakan Indonesia.
Pertama, reformasi pajak. Moller menyebut penting bagi Indonesia semakin memperdalam reformasi pajak sekalipun dari sisi kondisi politik kurang mendukung atau sulit. Pemerintah perlu mendorong perluasan basis pajak untuk mengumpulkan pendapatan negara demi mendukung belanja.
Kedua, reformasi perdagangan sebagai pelengkap untuk reformasi investasi. Salah satu perhatiannya, pemerintah perlu menurunkan hambatan non tarif untuk impor.
Pasalnya, perusahaan seringkali mengandalkan input impor untuk meningkatkan ekspor. Sementara, pembatasan melalui hambatan non tarif akan membuat harga impor menjadi mahal bagi perusahaan dan menjadikannya tidak kompetitif.
Indonesia juga perlu melihat proses perbaikan yang telah dilakukan Filipina. Jiran RI itu telah mendorong sektor riil untuk terbuka dan mencoba mencari investor secara langsung. Pemerintahnya juga mereformasi administrasi demi menghapuskan hambatan terkait investasi di sektor energi terbarukan.
"Selama pemerintahan sebelumnya, mereka mereformasi harga beras, ada liberalisasi harga beras," kata dia.