Rupiah Melemah ke 15.649 per US$ Jelang Pengumuman Data Inflasi AS

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Petugas bank menghitung uang pecahan rupiah di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (22/11/2022). Bank Indonesia akan mengendalikan nilai tukar rupiah agar lebih menguat ke level Rp15.070 per dolar AS pada tahun 2023, sehingga implikasi pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih rendah yakni 4,37 persen (yoy) dibanding prognosa BI pada tahun 2022 yang sebesar 5,12 persen.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
13/12/2022, 10.04 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 27 poin ke level Rp 15.655 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pelemahan rupiah terjadi di tengah penantian data inflasi AS malam ini dan rapat bank sentral AS, The Fed kamis dini hari.

Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik menguat dari posisi pembukaan ke arah Rp 15.649 pada pukul 09.50 WIB. Namun, posisi ini masih jauh dari posisi penutupan kemarin di Rp 15.628 per dolar AS.

Mayoritas mata uang Asia lainnya melemah terhadap US$ pagi ini. Yen Jepang melemah 0,05%, dolar Hong Kong 0,02%, dolar Taiwan 0,13%, peso Filipina 0,27%, rupee India 0,32%, dan ringgit Malaysia 0,23%. Sebaliknya, won Korsel, yuan Cina dan baht Thailand menguat sedangkan dolar Singapura stagnan.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan melemah hari ini ke arah Rp 15.650 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp 15.600 per dolar AS. Pasar menanti rilis data inflasi AS malam ini serta hasil rapat bank sentral AS, The Fed kamis dini hari.

"Antisipasi ini bisa mendorong pasar keluar dari aset berisiko terlebih dahulu sambil menunggu kejelasan data," kata Ariston dalam risetnya, Selasa (13/12).

Ia menjelaskan, data inflasi menjadi perhatian pasar karena bisa mempengaruhi arah kebijakan The Fed kedepannya. Inflasi AS menunjukkan tren penurunan seiring upaya bank sentral memperketat kebijakan monternya lewat kenaikan suku bunga agresif. Inflasi Oktober telah turun di bawah 8% secara tahunan.

Sementara itu, menurut dia, Aset berisiko berpotensi menguat jika data menunjukkan berlanjutnya penurunan inflasi bulan November yang dirilis malam ini. Inflasi yang terkendali mengindikasikan The Fed berpeluang semakin melonggarkan kebijakan moneternya, dan sebaliknya.

The Fed dijadwalkan kembali bertemu 13-14 Desember waktu Amerika Serikat. Berdasarkan alat pemantaian CME Group, The Fed kemungkinan melonggarkan kebijakan moneternya dengan kenaikan bunga lebih kecil yakni 50 bps, dengan probabilitas 73,5%, sementara probabilitas kenaikan bunga 75 bps sebesar 26,5%.

Analis DCFX Lukman Leong melihat rupiah akan bergerak range-bound dengan kecenderungan melemah namun terbatas. Pergerakan rupiah hari ini di kisaran Rp 15.600-Rp 15.700 per dolar AS.

"Investor sideline menjelang rilis data inflasi AS malam ini dan pertemaun FOMC besok," kata Lukman dalam risetnya.

Reporter: Abdul Azis Said