Kementerian Keuangan melaporkan realisasi penerimaan pajak hingga 14 Desember 2022 telah melampaui target tahun ini mencapai Rp 1.634,4 triliun. Penerimaan pajak Indonesia berhasil mencapai target selama dua tahun terakhir, salah satunya berkat ledakan harga komoditas.
Adapun target penerimaan pajak tahun ini ditetapkan sebesar Rp 1.485 triliun. Dengan demikian, realisasi sampai pertengahan Desember tersebut setara dengan 110% dari target atau surplus Rp 149 triliun.
"Tentu ini karena pertumbuhan ekonomi yang baik, komoditas yang juga meningkat dan juga karena adanya reformasi dari legislasi undang-undang harmonisasi peraturan perpajakan (UU HPP)," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA edisi Desember 2022, Selasa (20/12).
Tak hanya mencapai target, penerimaan pajak tahun ini juga melonjak 41,9% dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan tersebut bahkan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penerimaan pajak tahun yang yang mencapai 6,4%. Sementara pada 2020, penerimaan pajak negatif 12%.
Berdasarkan jenisnya, penerimaan pajak penghasilan (PPh) sudah mencapai target. PPh nonmigas mencapai Rp 900 triliun atau 120,2%, sedangkan penerimaan PPh migas sebesar Rp 75,4 triliun atau 116,6%. Kenaikan PPh nonmigas seiring dengan ekonomi yang membaik, sedangkan PPh migas ditopang oleh kenaikan harga minyak.
Kemenkeu juga mencatat penerimaan dari Pajak pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) sebesar Rp 629,8 triliun atau 98,6% dari target. Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan pajak lainnya sebesar Rp 29,2 triliun atau 90,4% dari target.
"PPN mungkin pada akhir tahun sudah bisa mencapai di atas 100%," kata Sri Mulyani.
Meski demikian, Sri Mulyani menyebut tren pertumbuhan penerimaan pajak yang moncer tahun ini tentunya tidak akan berkelanjutan. Pertumbuhannya sudah terkontraksi atau tumbuh negatif secara tahunan pada bulan lalu. Pajak yang dikumpulkan Ditjen Pajak pada bulan lalu turun 6,3% dibandingkan November 2021.
Tren pertumbuhan penerimaan pajak secara tahunan memang sudah melambat sejak pertengahan tahun ini. Pertumbuhan mencapai puncaknya pada Juni 2021 mencapai 80,4% secara tahunan dan berbalik negatif pada bulan lalu.
"Jadi, kami juga harus mengkalibrasi target penerimaan pajak kita. Memang pada 2023 target penerimaan pajak kita cukup modest, karena kami lihat sudah dua tahun tumbuh relatif tinggi hingga dua digit," kata Sri Mulyani.