Bank Dunia Guyur Pinjaman Rp 4,6 T untuk Atasi TBC di Indonesia

ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/YU
Dokter memeriksa pasien penyakit Tuberkulosis (TBC) di RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (30/11/2022).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati
17/1/2023, 18.00 WIB

Bank Dunia menyetujui pemberian pinjaman senilai US$ 300 juta atau setara Rp 4,68 triliun sesuai kurs saat pinjaman itu disepakati pada 19 Desember 2022. Pemberian pinjaman tersebut untuk meningkatkan cakupan, kualitas, dan efisiensi penanggulangan tuberkulosis alias TBC di Indonesia.

"Pembiayaan kami akan memperkuat penanggulangan TBC di Indonesia sambil membuka jalan bagi sistem perawatan kesehatan primer yang lebih kuat, menggabungkan pelajaran yang didapat dari program ini," kata Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (17/1).

Tantangan untuk menemukan dan mengatasi kasus TBC di Indonesia dinilai semakin meningkat terutama sejak awal pandemi Covid-19. Padahal Indonesia telah menjadi negara penyumbang terbesar ketiga untuk kasus TBC di dunia bahkan sebelum pandemi.

Bank Dunia melaporkan 10,6 juta kasus TBC baru dilaporkan sepanjang 2021, dengan 9% diantaranya berasal dari Indonesia. Kasus TBC di Indonesia diperkirakan sebanyak 969 ribu orang pada tahun tersebut, dengan kasus kematian mencapai 150 ribu setiap tahunnya.

Persoalan penyakit TBC bukan hanya membebani dari sisi kesehatan dan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia, tetapi menimbulkan beban ekonomi yang sangat besar. Bank Dunia menyebut sebuah penelitian memperkirakan kerugian akibat TBC di Indonesia mencapai US$ 6,9 miliar atau Rp 107 triliun per tahun, termasuk kerugian berupa hilangnya produktivitas karena penyakit dan kematian dini.

“Pinjaman ini akan berkontribusi pada agenda transformasi kesehatan melalui penguatan respons pelayanan kesehatan primer dan mencapai tujuan kami untuk mengurangi 90% kasus TBC baru pada 2030,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Adapun pinjaman tersebut merupakan pinjaman berbasis hasil yang inovatif dengan kemitraan dengan Global Fund. Dengan demikian, pemerintah bisa menghemat US$ 20 juta untuk pembayaran bunga dan pokok pinjaman tersebut.

Ada tiga bidang fokus yang menjadi target output dari pembiayaan tersebut. Pertama, memperkuat penangan TBC subnasional seperti penemuan kasus, cakupan pengobatan dan pananganan yang tepat waktu. Ini juga meliputi transfer fiskal.

Kedua, memperkuat penanganan TBC dengan penekanan pelayanan kesehatan primer, termasuk pelayanan kesehatan swasta. Pinjaman itu akan dipakai untuk membantu menghubungkan antarsektor swasta dengan program nasional.

Ketiga, meningkatan sistem informasi digital yang mendukung pemerataan, akses dan pemantauan program TBC di pelayanan kesehatan sektor publik dan swasta.

Berdasarkan data Bank Dunia, insiden TBC Indonesia sebesar 301 per 100 ribu penduduk pada 2020. Insiden TBC adalah perkiraan jumlah kasus TBC baru dan kambuh yang timbul pada tahun tertentu.

Angka ini lebih rendah dibanding pada 2010 yang mencapai 242 per 100 ribu penduduk. Meskipun turun, angka insiden TBC Indonesia termasuk tinggi dibandingkan dengan negara kawasan Asia Tenggara Lainnya.

Insiden TBC di Indonesia menunjukkan tren turun dalam satu dekade terakhir.
Penghitungan insiden TBC ini termasuk orang yang hidup dengan human immunodeficienc virus (HIV). Perhitungan insiden TBC dinyatakan dalam angka per 100 ribu penduduk, berikut grafiknya:

 

Reporter: Abdul Azis Said