Nilai tukar rupiah dibuka melemah 31 poin ke level Rp 15.001 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pelemahan rupiah di tengah kekhawatiran ada kejutan baru dalam pertemuan bank sentral As, The Fed besok waktu AS.
Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik menguat dari posisi pembukaan ke Rp 14.990 pada pukul 09.25 WIB. Namun ini masih di atas posisi penutupan kemarin di Rp 14.970 per dollar AS.
Mata uang Asia lainnya bergerak variatif, Pelemahan juga dialami won Korea Selatan 0,15%, dolar Hong Kong 0,01%, yuan Cina dan baht Thailand 0,02%, serta ringgit Malaysia 0,08%. Sebaliknya, yen Jepang menguat 0,21% bersama dolar Singapura dan peso Filipina 0,06%, dolar Taiwan 0,10%, serta rupee India 0,03%.
Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah akan melemah hari ini seiring menguatnya sentimen risk off. Rupiah kemungkinan bergerak di rentang Rp 14.900-Rp 15.100 per dolar AS.
"Investor cenderung berkonsolidasi dan menghindari aset dan mata uang beresiko dalam mengantisipasi kejutan pada pertemuan pembuat kebijakan The Fed besok," kata Lukman dalam catatan pagi ini, Selasa (31/1).
Para pembuat kebijakan The Fed dijadwalkan mengumumkan kebijakan moneternya besok, 1 Februari waktu AS. Berdasarkan alat pemantauan CME Group, ekspektasi kenaikan suku bunga 50 bps meningkat pada hari ini, dengan probabilitas 2,9%, meningkat dari sehari sebelumnya yakni 0%. Meski demikian sebagian besar masih memperkirakan suku bunga hanya naik 25 bps, dengan probabilitas 97,1%.
Rilis terbaru Dana Moneter Internasional (IMF) yang merevisi ke atas prospek pertumbuhan ekonomi global 2023 diharap bisa memberi efek positif ke rupiah. Meski demikian Lukman menyebut sentimen ini kemungkinan baru terefleksi setelah pertemuan The Fed besok.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah masih akan terkonsolidasi pada perdagangan hari ini. Kecenderungan rupiah menguat terbatas ke arah Rp 14.940, dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.000 per dolar AS.
Pelaku pasar menantikan pernyataan terbaru gubernur The Fed, Jerome Powell pada rapat besok. Ada peluang Powell kembali mempertegas pandangan hawkish bank sentral, dengan mempertahankan suku bunga tinggi demi menahan inflasi AS.
Sementara, penguatan rupiah hari ini akan terbantu oleh data terbaru yang menunjukan aktivitas ekonomi di China semakin menggeliat. Aktivitas manufaktur dan jasa di Cina secara mengejutkan ekspansi pada Januari, setelah bulan sebelumnya masih mencatat kontraksi.
"Ini selaras dengan ekspektasi pasar sebelumnya bahwa potensi resesi perekonomian global mungkin tidak seburuk yang diperkirakan sebelumnya," kata Ariston dalam catatannya.