Rerata Pendapatan Penduduk Indonesia Naik Jadi Rp 71 Juta Tahun Lalu
Badan Pusat Statistik mencatat rata-rata pendapatan penduduk Indonesia pada 2022 mencapai Rp 71 juta, naik dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 62,2 juta. Kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh 5,31% pada tahun lalu.
BPS mencatat, perekonomian Indonesia tahun 2022 yang dihitung berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 19.588,4 triliun. Dengan demikian, PDB per kapita mencapai Rp 71 juta atau US$ 4.783,9.
"Pertumbuhan ekonomi 2022 sebesar 5,31% adalah yang tertinggi sejak 2013 sebesar 5,56%," ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (6/2).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun lalu terjadi pada seluruh lapangan usaha. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah transportasi dan pergudangan sebesar 19,87%, diikuti penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 11,97%, serta jasa lainnya sebesar 9,47%. Sementara itu, industri pengolahan yang memiliki peran dominan tumbuh 4,89%.
Berdasarkan pengeluarannya, pertumbuhan ekonomi tahun lalu disumbangkan oleh seluruh komponen pengeluaran kecuali konsumsi pemerintah yang terkontraksi 4,51%. Komponen pengeluaran yang tumbuh signifikan adalah ekspor mencapai 16,28%, diikuti komponen pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (PK-LNPRT) sebesar 5,64%,
Konsumsi rumah tangga yang memberikan kontribusi terbesar kedua tumbuh 4,93%, sedangkan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 3,87 persen. BPS juga mencatat impor yang memberikan kontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi tumbuh 14,75%.
Margo menjelaskan, kinerja perekonomian Indonesia tak lepas dari pertumbuhan ekonomi global pada tahun lalu yang diperkirakan melambat dan berada di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi pada 2000 hingga 2019. Perlambatan ekonomi global diperkirakan akan berlanjut pada tahun ini dan tahun depan.
"Seperti diketahui, rantai pasok global belum pulih dan menyebabkan masih tingginya inflasi global. Inflasi global diperkirakan mencapai 8,8% tahun lalu, tetapi diperkirakan menurun pada 2023 dan 2024," ujarnya.
Ia juga mencatat, perekonomian beberapa negara mitra dagang utama Indonesia, seperti Amerika Serikat dan Cina masih tumbuh positif meski belum kembali ke level sebelum pandemi. Inflasi tinggi juga masih membayangi Amerika Serikat dan sejumlah negara mitra dagang utama Indonesia.