Nilai tukar rupiah dibuka melemah 62 poin ke level Rp 15.117 per dolar AS pagi ini. Pasar masih menanti sinyal lebih lanjut dari pidato gubernur bank sentral AS, The Fed malam ini serta rilis data cadangan devisa domestik yang diperkirkan bisa membantu penguatab rupiah.
Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke Rp 15.130 pada pukul 09.25 WIB atau terkoreksi 0,5% dari penutupan kemarin di Rp 15.055 per dolar AS. Beberapa mata uang Asia lainnya juga melemah.
Rupee India dilaporkan terkoreksi hingga 1,1% pagi ini, disusul ringgit Malaysia 1,02%, peso Filipina 0,63%, dan dolar Hong Kong 0,01%. Sebaliknya, yen Jepang menguat 0,26% bersama dolar Singapura 0,14%, won Korsel 0,03%, yuan Cina 0,3% dan baht Thailand 0,45%.
Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah masih akan melemah hari ini namun terbatas. Pasar masih akan wait and see menanti pidato gubernur bank sentral AS, The Fed Jerome Powell dalam acara The Economic Club of Washington DC pada 7 Februari waktu AS. Rupiah akan bergerak di rentang Rp 15.000-Rp 15.200 per dolar AS.
"Data cadangan devisa yang akan dirilis siang ini diperkirakan akan kembali menunjukkan kenaikan dan dapat sedikit mendukung rupiah," kata Lukman dalam catatannya pagi ini, Selasa (7/2).
Berbeda, analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah berpotensi menguat ke arah Rp 15.000, dengan potensi pelemahan ke arah Rp 15.100 per dolar AS. Penguatan tersebut seiring sentimen positif terhadap bursa saham Asia pagi ini.
Indeks saham Nikkei 225 Jepang menguat 0,17%, bersama Shanghai SE Composite Cina 0,21%, Hang Seng Hong Kong 0,9%, Kospi Korea Selatan 0,65%, dan Straits Times STI Singapura 0,1%, sementara Nifty 50 India melemah 0,5%.
Sentimen positif ke aset berisiko tersebut seiring kekhawatiran terhadap resesi ekonomi yang semakin mereda. IMF dalam laporan terbarunya beberapa waktu lalu juga memperkirakan resesi kemungkinan tidak terjadi. Aktivitas ekonomi di beberapa negara utama seperti Cina, AS dan Eropa juga membaik.
"Dari dalam negeri, pertumbuhan PDB kuartal keempat yang lebih bagus dari ekspektasi juga bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah," kata Ariston dalam catatannya.
Pertumbuhan ekonomi kuartal empat sebesar 5,01% di atas ekspektasi pasar yang mayoritas menyebut tak sampai 5%. Secara keseluruhan tahun pertumbuhan sebesar 5,31%, tertinggi selama era presiden Jokowi.
Namun, pasar masih mewaspadai kemungkinan kenaikan suku bunga acuan AS ke depan karena inflasi AS yang masih tinggi. Ia menyebut data ekonomi AS yang bagus bisa meredam dampak negatif kenaikan suku bunga.