Orang Miskin di RI Makin Banyak Jika Harga Beras Terus Naik

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Ilustrasi. Harga beras terus meningkat menembus level Rp 15.000 per dolar AS.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
20/2/2023, 18.20 WIB

Kenaikan harga beras secara berkelanjutan berisiko mendorong makin banyak orang Indonesia yang jatuh ke jurang kemiskinan. Harga beras masih bertahan tinggi meski pemerintah telah melaksanakan impor.

Mengutip hargapangan.id, harga beras pada hari ini sebesar Rp 13.200 per kg, naik 3% dibandingkan tanggal yang sama bulan lalu.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi beras bulan lalu sebesar 2,34% dibandingkan bulan sebelumnya, dengan andil 0,07% terhadap inflasi secara keseluruhan. Secara tahunan, inflasi beras mencapai 7,7%, dengan andil 0,24%.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyebut kenaikan harga beras bisa memicu kenaikan angka kemiskinan karena komoditas ini cukup banyak dikonsumsi masyarakat.

Kenaikan harga beras ini akan memicu kenaikan pada nominal garis kemiskinan. Masyarakat miskin merupakan mereka yang pengeluaran bulannya dibawah nominal garis kemiskinan. Kemiskinan meningkat saat garis kemiskinan meningkat sementara pendapatan masyarakat tidak naik setinggi kenaikan pengeluarannya.

"Namun kalau berbicara transmisi apakah kemudian akan menaikkan kemiskinan, ini cukup tricky untuk menganalisisnya, hal yang perlu dilihat lebih dahulu yakni seberapa lama kenaikannya," kata Rendy dalam keterangannya, Senin (20/2).

Ia mengatakan, efek kenaikan beras terhadap kenaikan jumlah kemiskinan akan terlihat jika tren harga terus menanjak selama tiga sampai enam bulan ke depan. Hal ini akan terekam di survei BPS semester awal yang dikeluarkan bulan Maret mendatang.

Sebaliknya, menurut dia, bisa saja kenaikan angka kemiskinan tidak tertangkap dalam laporan BPS mendatang jika kenaikan harga hanya berlangsung satu atau dua bulan. Hal ini karena saat dilakukan survei bisa saja harganya sudah turun dan sehingga efeknya terhadap garis kemiskinan tidak besar.

Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan, rupiah bisa bertahan di kisaran 5%-5,5% jika harga beras konsisten naik terutama jelang Ramadan dan lebaran. Hal ini akan berimplikasi terhadap peningkatan angka kemiskinan.

"Beras adalah penyumbang garis kemiskinan tertinggi dibanding komoditas lainnya. Target pemerintah angka kemiskinan di kisaran 7,5-8,5% tahun ini akan jauh lebih sulit kalau stabilitas harga beras belum teratasi," kata Bhima dalam catatannya.

Di sisi lain, langkah pemerintah mengimpor beras untuk stabilkan harga menurutnya tidak sepenuhnya menguntungkan. Ia memberikan empat alasan impor beras bisa berujung buruk antara lain.

  • Harga jual gabah di level petani bisa turun yang kemudian mempengaruhi pendapatan petani. Karena itu, begitu pendapatan mereka turun maka rentan jatuh miskin. Padahal sektor pertanian menyumbang banyak terhadap rumah tangga miskin di Indonesia
  • Kebijakan jangka pendek impor dapat mendorong naiknya peluang menjadi importir demi mengejar margin. Hal ini sering adanya pandangan bahwa lebih untung jadi importir daripada harus tanam padi sendiri
  • Lebih lanjut, impor yang terus menerus bisa mengancam keberlangsungan pertanian, dengan semakin sedikit anak muda yang berminat jadi petani
  • Ancaman krisis pangan karena ketahanan beras pangan Indonesia bergantung dari pasokan beras impor.

Reporter: Abdul Azis Said