Inflasi Februari Diramal Turun meski Harga Bawang Meroket

ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/rwa.
Pedagang memilah cabai di Pasar Badak, Pandeglang, Banten, Sabtu (4/2/2023).
Penulis: Abdul Azis Said
1/3/2023, 08.30 WIB

Inflasi Februari secara bulanan diperkirakan turun dibandingkan Januari, meski harga beras dan bawang meroket. Sedangkan Indeks Harga Konsumen (IHK) secara tahunan diramal naik.

Empat ekonom yang dihubungi oleh Katadata.co.id kompak meramalkan inflasi Februari secara bulanan (month to month/mtm) lebih rendah dibandingkan Januari 0,34%. Ini karena  harga beberapa bahan pangan seperti daging ayam turun.

Sedangkan inflasi Februari secara tahunan (year on year/yoy) diperkirakan sekitar 5,32% - 5,44% atau lebih tinggi dibandingkan Januari 2021 5,28%.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede misalnya, memperkirakan inflasi Februari secara tahunan 5,39% atau naik dibandingkan Januari. Sedangkan secara bulanan 0,08%, atau turun dari bulan sebelumnya.

Inflasi Februari secara bulanan diprediksi turun karena:

  1. Harga pangan seperti daging ayam ras hingga cabai rawit turun
  2. Normalisasi harga tiket pesawat

Inflasi inti, yang tidak menghitung kenaikan harga pangan dan diatur pemerintah, diperkirakan melambat menjadi 3,16% secara tahunan dibandingkan Januari 3,27%

"Perlambatan inflasi inti didorong penurunan harga emas di tengah solidnya permintaan konsumen," kata Josua dalam catatan, Selasa (28/2).

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman juga memprediksi inflasi Februari secara bulanan turun yakni menjadi 0,13%. Sedangkan secara tahunan naik menjadi 5,44%.

Perlambatan inflasi Februari secara bulanan karena:

  1. Penurunan harga sejumlah komoditas pangan
  2. Penurunan harga tiket pesawat
  3. Harga emas dan nilai tukar rupiah menguat

Sebaliknya, inflasi tahunan diperkirakan menguat karena basis inflasi rendah pada Januari 2021.

Bank Mandiri pun memproyeksikan inflasi inti Februari secara tahunan 3,21%. “Ini dampak putaran kedua dari penyesuaian harga BBM bersubsidi, berkurang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya," kata Faisal dalam catatan.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual pun memproyeksikan inflasi Februari secara bulanan turun menjadi 0,03%. Sedangkan secara tahunan 5,33%.

Menurutnya, penyebab inflasi secara tahunan masih tinggi karena harga beras terus naik. Kenaikan harga pangan pokok ini karena faktor cuaca dan harga di level global memang melonjak.

"Rupiah dan harga pangan stabil, bahkan ada beberapa yang deflasi seperti daging ayam, daging sapi dan telur ayam," kata David dalam keterangan.

Ia memperkirakan inflasi inti 3,22% secara tahunan dan 0,26% secara bulanan.

Senada dengan ketiga ekonom sebelumnya, ekonom Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan inflasi Februari secara tahunan naik menjadi 5,32% dan turun secara bulanan menjadi 0,02%.

Faktor pendorong inflasi yakni:

  1. Kenaikan harga bahan bakar non subsidi
  2. Kenaikan harga beras
  3. Kenaikan harga bawang merah
  4. Kenaikan harga bawang putih

Sedangkan inflasi inti Februari secara tahunan diperkirakan naik menjadi 3,4%. "Seiring perbaikan permintaan dan kenaikan harga pada makanan di luar rumah dan perhiasan atau emas," kata dia.

Reporter: Abdul Azis Said