Tiga Bank di AS Kolaps, Apakah Krisis Finansial Global di Depan Mata?

Enterpreneur
Regulator AS menutup Silicon Valley Bank pada akhir pekan lalu.
Penulis: Agustiyanti
14/3/2023, 16.30 WIB

Amerika Serikat menghadapi kegagalan tiga bank dalam sepekan, yakni Silvergate Bank, Silicon Valley Bank, dan Signature Bank. Investor pun mulai khawatir, kejatuhan tiga bank tersebut akan memicu krisis finansial di AS yang dapat merembet ke berbagai belahan dunia lainnya.

Silvergate Capital, bank yang fokus membiayai industri kripto menyatakan penghentian operasional dan  rencana untuk melikuidasi banknya pada Rabu (8/3). Tak lama kemudian, Silicon Valley Bank yang fokus pada perusahaan rintisan ambruk pada Jumat (10/3) setelah deposan menarik lebih dari US$42 miliar, menyusul pernyataan bank pada Rabu (8/3) bahwa mereka perlu mengumpulkan US$ 2,25 miliar untuk menopang neraca keuangannya. Sementara Signature, yang juga memiliki fokus pada industri kripto jauh lebih besar dari Silvergate ditutup pada Minggu malam (12/3) oleh regulator perbankan.

Meski ada tiga bank gagal dalam sepekan, Presiden Joe Biden bersikeras bahwa sistem keuangan Amerika Serikat masih aman. Regulator pun menjamin semua simpanan para nasabah di kedua bank yang ditutup regulator, yakni Silicon Valley Bank dan Signature Bank, serta menciptakan program yang secara efektif memberikan bantuan kepada bank lain untuk melindungi mereka dari aksi penarikan besar-besaran dana nasabah.

“Simpanan Anda akan tersedia saat Anda membutuhkannya,” kata Biden saat memberikan kepastian kepada publik terkait keamanan sistem keuangan AS, seperti dikutip dari APNews, Senin (13/3). 

Pemerintah AS bahkan setuju untuk menjamin simpanan yang melebihi batas yang diasuransikan lembaga penjamin simpanan, yakni maksimal US$ 250 ribu. Keputusan ini dibuat untuk menenangkan para deposan yang tetap menarik dana besar-besaran pada Senin (13/3). 

Aksi jual juga tetap meluas di pasar saham pada perdagangan kemarin. Upaya pemerintah federal meyakinkan masyarakat bahwa sistem perbankan AS aman justru memicu kekhawatiran bahwa lebih banyak lembaga keuangan dapat jatuh.

Saham First Republic Bank ditutup turun lebih dari 60% bahkan setelah bank tersebut menyatakan telah mengambil dana darurat dari Federal Reserve dan uang tambahan dari JPMorgan Chase.

Saham KeyCorp dan Comerica juga anjlok hampir sepertiga. Saham waralaba terkenal seperti Charles Schwab, Fifth Third Bank, Truist dan Huntington Bancshares semuanya turun dua digit.

"Aksi jual terjadi karena negara itu terbangun dengan sistem perbankan baru dan investor harus menemukan pemenang dan pecundang," kata pakar perbankan.

Tidak ada jaminan bahwa kecemasan tidak akan menyebar. Nasabah di bank lain dengan simpanan di atas batas US$250.000 tetap berisiko kehilangan akses ke uang mereka untuk sementara waktu.

"Hanya karena pemerintah melindungi Silicon Valley Bank dan Signature Bank, tidak berarti mereka akan melindungi bank-bank kecil ini,” kata Chris Caulfield, mitra senior di West Monroe.

Manajer hedge fund miliarder Bill Ackman membandingkan kejatuhan SVB dengan Bear Stearns, pemberi pinjaman yang runtuh dan mengawali krisis keuangan global 2007-2008.

“Risiko kegagalan dan kerugian simpanan di sini adalah bahwa bank berikutnya, yang memiliki modal paling sedikit, menghadapi kegagalan dan kegagalan, menciptakan efek domino,” kata Ackman di Twitter.

Namun demikian, kekhawatiran tentang stabilitas sektor perbankan juga berkurang karena reformasi peraturan yang signifikan Analis Bankrate, Matthew Goldberg mengatakan, kehidupan masyarakat sehari-hari secara umum tidak akan terpengaruh. Namun, ini menjadi pengingat yang baik bagi masyarakat untuk tidak menempatkan uangnya di satu tempat. 

“Kegagalan bank pertama sejak 2020 adalah peringatan bagi orang-orang untuk selalu memastikan uang mereka ada di bank yang diasuransikan FDIC dan dalam batas FDIC serta mengikuti aturan FDIC,” kata Goldberg.

Bagaimana dampaknya ke Asia?

Paparan langsung terhadap risiko dari kegagalan AS  sejauh ini tampak tipis ke pasar Asia. Hirokazu Matsuno, juru bicara pemerintah Jepang, mengatakan kepada wartawan bahwa efek riak besar terhadap sistem keuangan Jepang tidak mungkin terjadi. Namun, kekhawatiran krisis keuangan di AS telah menyebabkan pasar saham di regional Asia pasifik anjlok pada perdagangan kemarin yang berlanjut hari ini, Selasa (14/3). 

Indeks Nikkei 225 Jepang pada perdagangan hari ini anjlok 2,19%, demikian pula indeks Kospi di Korsel -2,56%, Hang Seng -2,27%, dan IHSG -2,14%. Penurunan lebih kecil terjadi pada Indeks Shanghai Composite yakni -0,7% dan Strait Times 0,06%. 

Wesley Zheng, salah satu pendiri dan CEO Posh Robotics, yang bekerja untuk mengembangkan baterai berkelanjutan menyatakan akan memindahkan dananya US$4 juta dari Silicon Valley Bank ke JPMorgan Chase.

“Jangan ada lagi bank kecil. Kami memiliki begitu banyak hal lain yang sedang kami kerjakan, kami tidak ingin khawatir tentang mencari tahu manajemen risiko bank yang bekerja sama dengan kami, ”katanya.

Pakar kebijakan perbankan di Cato Institute Norbert Michel mengatakan , tindakan pemerintah menunjukkan bahwa mereka akan mendukung semua simpanan jika hal itu diperlukan untuk mencegah kerusakan pada ekonomi yang lebih luas.

"Tidak peduli seberapa khusus atau terisolasinya bank Anda, jika ada risiko penularan, regulator telah menjelaskan bahwa mereka akan melakukan intervensi,” kata Norbert Michel.

Di tengah aksi penarikan dana oleh deposan dan jual saham di bank menengah, investor tetap relatif tenang atas kesehatan bank-bank besar di AS, seperti Citigroup, Bank of America, dan Wells Fargo. Investor rupanya menyimpulkan bahwa satu-satunya tempat yang aman di perbankan adalah menyimpan di bank yang memiliki pengaturan  paling ketat.

Saham di JPMorgan Chase, bank terbesar di AS dengan aset lebih dari US$3 triliun turun 1,8% pada perdagangan kemarin, jauh lebih moderat dibandingkan bank-bank menengah lainnya. Bank daerah dianggap paling berisiko, karena mereka tidak memiliki skala untuk bersaing dengan pesaing yang lebih besar. 

Regulator internasional juga turun tangan untuk meredakan ketakutan pasar. Bank of England dan U.K. Treasury mengatakan mereka memfasilitasi penjualan anak perusahaan Silicon Valley Bank di London ke HSBC, bank terbesar di Eropa. Kesepakatan itu melindungi deposan dengan dana 6,7 miliar pound atau US$ 8,1 miliar.

Regulator AS juga telah memastikan deposan di Silicon Valley Bank dan Signature Bank dapat mengakses uang mereka. Sementara Program Fed yang baru akan memungkinkan bank untuk menjadi sekuritas berkualitas tinggi tertentu sebagai jaminan dan meminjam dari dana darurat pemerintah.

Departemen Keuangan AS saat ini telah menyisihkan US$25 miliar untuk mengimbangi kerugian. Namun, pejabat The Fed mengatakan,  tak berharap dana tersebut harus menggunakan uang itu, mengingat sekuritas yang ditempatkan sebagai jaminan memiliki risiko gagal bayar yang sangat rendah.